“Ada apa, bu”,tanya seseorang yang sudah aku kenal entah sejak kapan orang itu sudah beradadi rumah itu. Orang itu adalah Pak Arian dokter pribadi Pak Susastio. Ibu dibantu Pak Arian membawa Pak Susastioke dalam, sementara aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya diam di teras. Salahkah apa yang aku lakukan? salahkah aku membela diri. Oh, Tuhan mungkin mereka mengangkatku memang untuk menjaga Pak Susastio bukan untukmembuat sakitnya bertambah parah. Tapiapakah mereka bisa kalau mereka jadi aku.
“Syan”. Suaraibu angkatku mengagetkan aku.
“Apa yang telahkau lakukan pada Bapak?”
“Aku…., aku tidak menyentuhnya.”
“Lalu kenapa dengan Bapak?”
“Aku...”
“Aku apa?”
“Aku hanyamenghentikan siksaannya padaku”. Ibuku angkatku terdiam mendengarnya.
“Bagaimanadengan Bapak, bu?”
“Syan kau adalahanak angkat yang paling lama mampu bertahan di sini dan kau tahu semua tentangbapak. Ibu harap kau bisa memahaminya.”
“Aku sudahmencobanya, bu. Tapi aku hanya manusia biasa. Mungkin aku juga seperti merekayang tidak bertahan. Aku kadang merasa tidak sanggup menghadapi bapak. Saat bersama bapak aku sudah mencoba untuk membunuh perasaanku agar aku tidak sakit hati. Agar aku tidak tersinggung dengan ucapannya. “Tapi bapak bukan hanya menyerangku secara psikis tapijuga phisik. Jujur bu, aku kadang nggak tahan dengan semua ini. Kadang ingin rasanya aku pulang lagi. Kadang aku berpikir untuk apa aku berada di sini “.Ibu angkatku terdiam. Ia seperti merasakan apa yang aku rasakan.