Mohon tunggu...
Jagarin Pane
Jagarin Pane Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Serial Alutsista (1): Mendambakan Postur TNI AU yang Kuat dan Disegani

29 Oktober 2010   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 4655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penempatan 1 skuadron Sukhoi di Pangkal Pinang ditujukan untuk memberikan ruang perlindungan bagi Jakarta manakala ada serangan udara dari wilayah Barat Laut NKRI. Disamping itu ruang jelajah tempur Sukhoi akan mampu menjangkau Sabang dan Natuna pulang pergi jika ada yang berani mengganggu kedaulatan udara RI. Kekuatan Skuadron ini juga menjadi pelapis utama bagi pesawat tempur F16 yang ada di Medan dan Pontianak dan payung sinergi tempur dan patroli bagi Hawk200 di Pekanbaru dan Pontianak serta bertanggung jawab menjaga kedaulatan udara Sumatra dan Kalimantan Barat.

Tarakan sebagai pangkalan utama yang baru akan diisi dengan 6 F16 dan 6 Hawk200 untuk mengawal wilayah sengketa paling panas dengan Malaysia di Ambalat. Dua jenis pesawat tempur ini akan dilapis dengan 1 Skuadron Sukhoi di Makassar yang mampu mengawal Kalimantan Timur sampai Sebatik, kemudian Manado, Ambon dan Jayapura. Prediksi untuk titik panas ini akan bisa berubah dinamis setiap saat dengan peningkatan kekuatan berskala besar manakala ada ancaman menuju perang terbuka.

Bagaimana dengan Jawa. Sebagai jantung pertahanan Indonesia kawasan ini dikawal 1 Skuadron Sukhoi, 1 Skuadron F16 dan 1 Skuadron Super Tucano. Khusus untuk Super Tucano bisa dilakukan pergeseran pangkalan karena fungsi pesawat ini adalah sebagai pesawat tempur yang mampu mengobrak abrik sarang gerilya separatis seperti yang ditunjukkan Bronco di Aceh dan Timor Timur. Sementara 8 hawk100 di Yogya fungsi utamanya adalah untuk pendidikan pilot tempur, bersama jenis pesawat latih lainnya.

Kekuatan dan persebaran satuan pemukul ini juga diimbangi dengan dukungan alutsista lain seperti peningkatan kekuatan pasukan khas TNI AU di seluruh pangkalan yang menjadi home base pesawat tempur serta rudal dan artileri anti serangan udara yang modern dan berkualitas. Dukungan lain adalah skuadron pengintai strategis dan taktis, sejumlah radar berkualitas OTH, skuadron angkut berat Hercules, skuadron angkut ringan/sedang CN235, N250. Diharapkan satelit militer sudah bisa diluncurkan oleh Lapan tahun 2012 bersamaan dengan produksi rudal berjarak jangkau 300 Km.

Perkembangan kawasan yang begitu dinamis memungkinkan terjadinya pergesekan dan konflik teritrorial. Lihat saja tingkah arogansi Malaysia yang merasa diri sudah kuat dan kaya sehingga selalu melecehkan hampir seluruh dimensi kehormatan NKRI. Dimata rakyat Indonesia arogansi jiran sebelah itu sudah pada tahap stadium tiga, sulit disembuhkan dan memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya, kalau tidak ingin disebut tiada maaf bagimu Pakcik. Dengan kondisi ini bisa saja sewaktu-waktu terjadi insiden yang tidak diinginkan misalnya terjadi sweeping massal terhadap warga Malaysia di Indonesia atau sebaliknya yang bisa menghancurkan tatanan kehidupan bertetangga.

Tentu saja pilihan paling obyektif adalah mengembalikan nilai dan harga diri bangsa, salah satunya dengan memperkuat postur pengawal republik TNI yang kuat dan disegani. Kekuatan militer diniscayakan menjadi bargaining power utama bagi dinamika diplomasi Indonesia. Ingat sejarah Trikora dalam pembebasan Irian Barat, kekuatan militer Indonesia adalah faktor utama Belanda mau menyerahkan provinsi paling timur itu secara diplomasi melalui PBB. Waktu itu Indonesia memiliki kekuatan Angkatan Udara dan Laut yang terkuat di belahan Asia Selatan, belum lagi semangat tempurnya. Ingat penerjunan pasukan / sukarelawan yang langsung ke kamp militer Belanda di sebuah tempat di Papua yang membuat tentara Belanda panik, atau heroiknya KRI Macan Tutul dibawah komando Yos Sudarso dengan pekik: kobarkan semangat pertempuran.

Presiden SBY adalah seorang yang tahu persis tentang strategi hankam dan anatominya. Dukungan dari DPR juga sangat diharapkan sehingga proses pengadaan alutsista berjalan terukur, terpenuhi dan berkualitas. Selama ini masalah anggaran selalu dijadikan alasan klise yang menjadikan semua program pengadaan alutsista menjadi terkendala dan jalan ditempat. Sejatinya banyak rakyat yang cinta tanah air ini mendambakan postur kekuatan TNI yang kuat dan disegani. Untuk mengukur itu bisa dilakukan survey oleh lembaga indpenden dan hasilnya disampaikan kepada pemerintah. Kita meyakini ada sekitar 80% rakyat Indonesia yang mendukung peningkatan kekuatan TNI. Nah, kalau mayoritas rakyat sudah mendambakan perkuatan TNI, logikanya tidak ada lagi untuk bicara kendala anggaran dalam pengadaan alutsista. Atau memang ada skenario asing yang menekan Pemerintah agar TNI tidak boleh kuat, tidak boleh besar, tidak boleh digdaya karena pengalaman Trikora dan Dwikora masa lalu ?

*****

Jagpan / 20 Oktober 2009

(Penulis adalah pemerhati Alutsista)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun