Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Right or Wrong, Indonesia is My Country - Dirgahayu Indonesia ke 75 - MERDEKA

11 Agustus 2020   11:18 Diperbarui: 11 Agustus 2020   11:34 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah itu Agnes juga pernah menikah dengan seorang warga India yang konon katanya sangat pencemburu, sehingga Agnes hidupnya seperti dipingit dan seperti tahanan kota.

Bersuamikan warga India tersebut dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi nama Paul Karel Setiono dan biasa dipanggil Poly.
Lagi-lagi pernikahannya kandas dan bercerai, karena tak tahan hidupnya dipingit seperti tahanan kota dan dicemburui terus sehingga terjadi cek cok pertengkaran terus menerus, bahkan KDRT atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang membuat Agnes pergi keluar rumah membawa Zully dan Poly meninggalkan suami warga India tersebut.

Pernikahan Agnes yang paling bahagia adalah dengan Tjiptokonyoto yang bisa awet dan langgeng hingga maut yang memisahkan mereka berdua.
Hubungan suami istri mereka tidak ada masalah, bahkan memberikan buah hati cinta hingga 6 orang anak yaitu : Didi, Wati, Ningsih, Richard, Yati dan Roy, sehingga total anak mereka menjadi 8 anak,  berikut Zully dan Poly.
Dan anggota keluarga inti mereka menjadi 10 orang termasuk Agnes dan Suaminya Tjiptokonyoto.

Hingga di tahun 1965 terjadi mimpi buruk bagi mereka karena situasi politik peralihan Orde Lama ke Orde Baru.
Terjadi kebijakan Nasionalisasi dan Krisis Ekonomi.
Dampak Nasionalisasi yaitu Agnes terpaksa terpisah dengan kedua saudaranya yaitu Sheny dan Johny.
Sheny dan Johny memilih untuk menjadi warga negara Belanda sehingga harus pindah ke negara Belanda.
Sedangkan Agnes ikut program Nasionalisasi dan menjadi Warga Negara Indonesia sehingga tetap berada di Indonesia.

Suasana Rumah di Jalan Majapahit No. 18, Surabaya tempat tinggal mereka semua,  mendadak jadi haru biru karena perpisahan dari Veldhuyzen Family generasi kedua tersebut.
Sheny beserta suaminya Yongki atau JJ Han berikut 9 anaknya memilih pindah ke Belanda. Begitu pula Johny yang masih bujang itu juga ikut memilih pindah ke Belanda menjadi warga negara Belanda.

Sedangkan pilihan Agnes beserta Suami berikut 8 anak-anaknya tetap di Indonesia dan jadi Warga Negara Indonesia karena tanah kelahirannya dan tanah airnya adalah Indonesia.

Dampak Nasionalisasi juga merugikan Tjiptokonyoto karena ter PHK dimana tempat bekerja Philip-Ralin suatu perusahaan Belanda juga ikut Tutup dan tidak beroperasi lagi di Indonesia.
Pesangon yang diperoleh Tjiptokonyoto diberikan kepada Janda Rumampuk si pemiik rumah di Jl. Majapahit 18 Surabaya, yang ikut-ikutan "Exodus" ramai-ramai  pindah ke Belanda.
Dan rumah di Jl. Majapahit No. 18 Surabaya tersebut diserahkan kepemilikannya ke Tjiptokonyoto, seperti transaksi jual beli.

Kemudian Indonesia mengalami krisis ekonomi keuangan yang ditandai dengan terjadi Sanering Uang Rupiah 1000 dipotong menjadi 1 Rupiah saja atau Dipresiasi.
Sehingga dimana banyak terjadi penutupan tempat usaha dan diikuti banyak sekali pengangguran dimana-mana.

Agnes dan ke 8 anaknya terpaksa hidup terpisah dengan Tjiptokonyoto yang hidup merantau bekerja ke Ibu Kota Jakarta yang masih bisa berikan peluang bekerja.
Tjiptokonyoto harus bekerja keras dan membanting tulang pergi ke proyek-proyek pemasangan Tower-tower Radio Komunikasi SSB (Single Side Band) ke hutan-hutan hingga gunung-gunung di seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang lama minimal 1 bulan kadang lebih baru bisa pulang untuk menengok istrinya Agnes dan ke 8 anaknya.

Kondisi tersebut sangat menyiksa Agnes yang harus menghidupi dan merawat ke 8 anaknya dengan sendiri seperti layaknya Single Parent yang stress berat.
Pada bulan Agustus 1973 Agnes meninggal dunia di usia yang tergolong muda sebagai Ibu dengan usia 47 tahun di akibatkan sakit Strooke.

Padahal sebelumnya Agnes bakal senang sekali akan berjumpa lagi dengan adik-adiknya Sheny dan Johny yang hidup di Belanda akan datang berlibur di Indonesia pada bulan Desember 1973.
Namun untung tak dapat diraih dan rugi tak dapat ditolak, Agnes  dan adik-adiknya Sheny dan Johny tidak bisa bertemu lagi dan perpisahaan ditahun 1965 akibat Nasionalisasi merupakan perpisahan yang terakhir mereka  didunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun