Esensi dari pelaksanaan OPAL dan P2TL ini adalah mentertibkan penggunaan listrik, namun jika masih menggunakkan cara-cara lama seperti ini (Awasi, Tangkap & Hukum) , saya rasa esensi nya menjadi kabur dan gak efektif sama sekali. Yang penting buat saya, didik dan cegah agar konsumen tidak menjadi maling. BUKAN MENANGKAP DAN MEMBERIKAN DENDA (Denda Tagihan Susulan sama artinya dengan menyatakan KONSUMEN BERSALAH / APES MENANGGUNG KESALAHAN) KEPADA ORANG YANG TIDAK BERSALAH. Dimanakan fungsi kontrol dari pelaksanaan P2TL di lapangan? Siapa yang mengaudit kerja mereka?
Ayo terus berubah dan berbenah ke arah yang lebih baik PLN. Seperti slogan yang sering kau dengungkan yaitu LISTRIK PINTAR, jadikanlah juga konsumenmu sebagai KONSUMEN PINTAR! Â Coba koreksi apa yang kurang baik dan lakukan action pencegahan yang nyata serta buat seluruh konsumen mu semakin cerdas dan bangga punya PLN sebagai pengatur kelistrikan satu-satunya di negeri ini!
Buat rekan-rekan sebangsa dan setanah air, tentunya Anda adalah konsumen PLN bukan? Kalau kamu alami sendiri hal ini, bagaimana perasaanmu? Memperjuangkan kebenaran dan melawan perusahaan negara yang mendominasi listrik dan menyangkut hajat hidupmu? Apa dayamu dan bagaimana kamu bisa berjuang tanpa dukungan banyak pihak?
UNTUK SAAT INI, KITA SEMUA KORBAN P2TL YANG TIDAK BERSALAH TIDAK AKAN PERNAH TINGGAL DIAM. APAPUN HASIL DAN CERITA YANG KITA ALAMI, KITA AKAN TERUS BERSUARA DAN BERSAKSI. SAMPAI KAPANPUN, SELAMA KORBAN DARI PENYELEWENGAN INI TERUS BERMUNCULAN DI NEGERI INI..
AYO TANDA TANGANI PETISI UNTUK MENGHENTIKAN SEMUA KASUS INI : https://www.change.org/p/dirut-pln-stop-bom-waktu-denda-tagihan-susulan-p2tl-pln
Baca juga kisah lengkap & kisah nyata beberapa korban P2TL di Jagoaninternet.com - Makin Jago Makin Pintar lewat internet!
Jika ada yang pernah alami kekecewaan dengan P2TL atau PLN sendiri atau punya kisah yang hampir sama, silahkan sharing di web http://jagoaninternet.com/category/suara-pembaca/ atau email di pejuangkasuspln@gmail.com
"Ingat, banyak orang benar yang tidak berani bersuara karena takut atau malas. Itulah yang menyebabkan bangsa ini belum bisa maju secepat bangsa-bangsa lain... "Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H