Ki Lurah Manggolo Krasak mengangguk dan menyambut perkenalan itu dengan senyuman.
"Ayo, silakan nikmati teh hangat atau kopi panasnya. Jangan lupa dicicipi cemilannya sebagai teman mengobrol," sahut Ki Lurah Manggolo Krasak ketika melihat Nyi Bawel meletakan kopi dan teh di meja ruang tamu. Disusul kemudian dua piring berisi cemilan.
"Maaf, Ki Lurah Manggolo Krasak. Untuk minuman dan cemilannya bisa nanti kita nikmati. Ada yang penting berkaitan dengan Galih Sukma ini," tolak halus Ki Masto, membuat Ki Lurah Manggolo Krasak ingin tahu apa yang akan disampaikan Ki Masto.
"Baiklah, ada apa dengan Nak Galih Sukma? Kamu, bukan orang sini, ya?" jawab Ki Lurah Manggolo Krasak lunak dan bertanya.
"Benar, Ki Lurah Manggolo Krasak. Galih Sukma pendatang dari seberang lautan di Utara Jauh sana. Kebetulan mampir ke warung bertepatan dengan Bik Surti yang mengabarkan anaknya Parjo sakit," lanjut Ki Masto.
Dengan singkat Ki Masto menceritakan usaha Galih Sukma menyembuhkan Parjo. Dengan kemampuannya yang aneh ternyata si Parjo bisa sembuh.
"Galih Sukma kami anggap sebagai Sang Penyelamat yang dikirim Tuhan untuk menghentikan pagebluk di kampung kita," lanjut Ki Masto dengan semangat.
Ucapan Ki Masto, membuat Galih Sukma menjadi tidak enak hati, tapi apa lacur, semua sudah terjadi. Mungkin inilah tanda terima kasih yang disampaikan oleh penghuni kampung yang tulus kepadanya.
Terpaksa Galih Sukma menerima itu dengan rendah hati.
Ki Lurah Manggolo Krasak mendengar semua cerita Ki Masto dengan penuh perhatian. Sepasang matanya bersinar ketika mendengar bahwa Galih Sukma bisa menyembuhkan penyakit. Bolak-balik dia melihat ke arah Galih Sukma untuk meyakinkan diri.
"Maaf, Ki Lurah Manggolo Krasak. Galih Sukmalah yang meminta saya datang ke sini. Menurut penerawangan Galih Sukma, maaf... ada sesuatu yang terjadi di sini?" agak sungkan Ki Masto mengucapkannya.