Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

SB.5, Cupu Pengikat Roh

7 Desember 2023   06:38 Diperbarui: 8 Desember 2023   11:22 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu bulan sebelumnya...

Jauh dari Negeri Benua Lokananta.

Galih Sukma akhirnya meninggalkan Pulau Pualam Putih untuk menunaikan tugas suci dari gurunya Ki Mahendra. Tapi, ada satu tugas awal yang harus diselesaikan sebelum Galih Sukma harus terjun di tengah Geger di Negeri Benua Lokananta.

Ki Mahendra dengan kesaktian dan kewaskitaan yang dimilikinya, sebenarnya dia sudah tahu, masalah apa yang akan menimpa Negeri Benua Lokananta, maka Galih Sukma sudah dibekali berbagai ilmu kesaktian. Dari, ilmu beladiri, ilmu sihir, ilmu bertahan di air, dan ilmu pengobatan. 

Belum lagi bekal satu kitab SUJATI ROGO SUKMO yang sengaja diberikan untuk lebih menyempurnakan ilmunya.

Kitab tipis yang terdiri 10 lembar yang terbagi dua bagian. Satu, Sujati Rogo atau Raga Yang Sehat, berisi babon kitab pengobatan dari aneka penyakit. Satu bagian lagi adalan Sujati Sukmo atau Jiwa yang Sehat berisi babon kitab pengobatan mental, jiwa baik dari gangguan dari dalam atau dari luar ( sihir, santet, gendam dan lain-lain ).

Kitab yang selalu dibaca, dihapal dan dimengerti oleh Galih Sukma di sela-sela waktunya bertualang.

Untuk menyempurnakan bekal Galih Sukma, ada satu lagi ilmu yang harus dikuasainya tapi ilmu itu berada di tempat yang misterius di tengah lautan antara Pulau Pualam Putih dengan Negeri Benua Lokananta di Selatan. 

Galih Sukma harus berjuang sendiri mendapatkannya, sekaligus sebagai ujian atas ilmu-ilmu yang sudah dikuasainya.

Galih Sukma harus berhasil mendapatkan sebuah benda mestika bernama Cupu Pengikat Roh yang berada di dasar lautan. Lautan yang dikenal sebagai Lautan Pusaran Badai. Selain tempatnya sangat berbahaya, cupu itu tersembunyi di dalam sebuah Kerang Mutiara Jingga yang juga dijaga sepasang Ikan Pari Raksasa yang mempunyai racun mematikan.

*

Galih Sukma dengan ilmu peringan tubuhnya yang mumpuni, menggunakan dua potong papan kayu sebagai alas untuk menuju Lautan Pusaran Badai. Tubuhnya dengan ringan dan nyaman, meluncur di atas ombak lautan yang terus bergulung datang dan pergi.

Masih terngiang pesan gurunya.

"Kamu harus hati-hati, Galih Sukma. Tanda tempat misterius itu, lautannya tenang tidak berombak, udara pun seakan mati, karena angin tidak bertiup. Waspadalah, di balik tenangnya permukaan laut, ada pusaran air yang dahsyat." tutur Ki Mahendra.

"Kamu bisa lihat nanti, beburungan yang mendekati tempat itu, pasti akan urung dan memilih berbelok dan kemudian terbang menjauhi tempat itu." lanjut Ki Mahendra memberi pesan kepada murid kesayangannya.

Nah, sekarang, Galih Sukma berada persis di tempat yang digambarkan oleh gurunya.

Beberapa kali dia melihat sekumpulan burung yang bermigrasi, terbang berbelok dan memilih jalan lain.

Yang terakhir untuk menambah keyakinannya, dia melihat sepasang burung Camar melakukan hal yang sama. Padahal semula sepasang Camar itu asyik terbang dari arah Barat, pas di tempat yang sama, sepasang Camar itu, tiba-tiba berhenti terbang dan berbalik arah kemudian berbelok terbang dengan jeritannya yang khas.

Matahari masih di sebelah Timur, udara yang seperti mati, memberikan keyakinan bagi Galih Sukma untuk segera bertindak.

"Tuhan, mohon petunjuk dan kemudahan," batinnya berdoa.

Setelah mengambil nafas dalam, meloncatlah Galih Sukma ke dalam laut dengan percaya diri.

"BYUURRR!"

Air laut tidak memercik dan berombak sedikit pun. Tetap tenang dan misterius.

*

Lain di atas permukaan, lain lagi yang di bawah permukaan.

Ketika tubuh Galih Sukma terjun ke dalam laut, air sedingin es menyergapnya, untung saja dia memiliki tenaga dalam panas yang diperolehnya dari sambaran petir yang membuatnya hampir tewas dulu.

Dinginnya air dengan mudah dapat diatasinya.

Tapi, muncul rintangan berikutnya. Air yang semula bergerak tenang seketika berubah berputar membentuk pusaran air. Perubahan ini tidak urung membuatnya terkejut juga. Pusaran air itu mempunyai daya sedot yang sangat kuat. Tubuh Galih Sukma langsung tersedot ke dalam pusaran air ke arah dasar lautan yang berjarak puluhan tombak dalamnya.

Tubuhnya berputar cepat ke bawah, udara yang masuk ke paru-paru juga berkurang drastis, tapi Galih Sukma sudah siap segalanya. Kepandaiannya bermain air, berenang dan menyelam sangat membantu usahanya untuk menemukan Kerang Mutiara Jingga.

Dan, benar saja, pusaran air itu membawanya ke dasar laut yang semula gelap menjadi berubah warna menjadi jingga. Kerang Mutiara Jingga dari tempat Galih Sukma terjebak pusaran air jelas terlihat berpendar terang. 

Ketika Galih Sukma berusaha keluar dari pusaran lain untuk segera mengambil Cupu Pengikat Roh, tiba-tiba dari kiri kanannya, muncul gelombang air yang bergerak dahsyat menggulungnya. Ternyata gulungan gelombang kejut itu muncul karena dua penjaga Kerang Mutiara Jingga menyerangnya.

Dua pasangan Ikan Pari Raksasa bergerak cepat seperti cakram bergerigi yang dilemparkan. Tubuh mereka yang lebar ramping, memudahkan berenang cepat di dalam air. Belum lagi gerakan dua ekornya yang bergerigi dan sangat beracun.

Terjadilah pertarungan yang mendebarkan.

Galih Sukma juga mempunyai kecepatan renang dan tidak takut dengan serangan racun. Tubuhnya sudah dilindungi racun lebih kuat dari Gurita Raksasa Cincin Biru yang pernah menyengat dan melukainya.

Sepasang Ikan Pari itu menyerang dengan cara menyambar dan melecutkan ekor berduri nya.

Galih Sukma tidak mandah diserang seperti itu, meski kekuatan pukulan tangan kosongnya berkurang ketika berada di dasar lautan.

Tapi Pukul Tangan Geledek di tangan kanan dan Pukulan Tangan Beracun di tangan kiri cukup efektif memberikan perlawanan.

Terbukti, serangan kedua Ikan Pari semakin mengendur, karena tubuh mereka dihantam pukulan panas dan pukulan beracun bertubi-tubi. 

Sebagai naluri alami binatang, mereka merasakan kesakitan dan jeri pula.

Lawan mereka sangat kuat dan berbahaya. Bertempur terus pasti akan merugikan mereka, bisa-bisa kematian berada di pihak mereka.

Maka, perlahan sepasang ikan pari itu mengundurkan diri, bersembunyi dan mengawasi dari belakang terumbu karang.

*

Galih Sukma segera meluncur cepat ke arah Kerang Mutiara Jingga yang besarnya sepuluh kali lipat dari kerang mutiara biasa. Warna jingganya yang cemerlang, membuat pemandangan di dasar laut itu menjadi indah.

Galih Sukma segera merapal Jurus Tangan Geledek, bukan untuk memukul tapi untuk mengeluarkan tenaga dalam panas yang memaksa Kerang Mutiara Jingga membuka cangkangnya.

Tidak butuh lama, cangkangnya terbuka dan di dalamnya terlihat bukan sebuah mutiara tapi sebuah bejana bulat kecil bertutup yang berwarna hijau keemasan, berhias seekor Naga melingkari cupu itu.

Cupu Pengikat Roh segenggam tangan Galih Sukma besarnya, sehingga dengan mudah disimpannya di balik pakaian luarnya.

Sekali bergerak dan berputar, maka tubuh Galih Sukma segera menerobos ke atas berputar berlawanan arah dengan pusaran air yang menyedotnya ke bawah.

Tidak butuh waktu lama, Galih Sukma sudah berhasil muncul dari laut, menimbulkan suara ledakan yang dahsyat. 

"BLAAARRRR!"

Tubuhnya Galih Sukma mengawang di udara, lalu dengan sigap melakukan jungkir balik dengan indah dan dengan lembut, kembali jatuh di atas sepasang papan kayu yang dipakainya menyeberangi lautan.

"HIAAATTT!"

Sekali berteriak, tubuh Galih Sukma segera melesat ke arah Selatan, menuju Negeri Benua Lokananta.

Tubuhnya meluncur cepat seperti gerak Ikan Hiu yang sedang mengejar mangsa.

*

Matahari masih bergantung di sebelah Timur, udara sekarang mulai terasa hangat. 

Galih Sukma hanya membutuhkan waktu sepeminuman teh saja untuk mengambil Cupu Pengikat Roh yang sekarang aman berada di balik pakaiannya.

*

Galih Sukma meneruskan perjalanan, saat bertemu dengan nelayan, untuk menghindari kehebohan, Galih Sukma malah mempercepat gerakannya, sehingga para nelayan yang kebetulan bertemu dengannya tidak menyadari keberadaannya.

"Aih... Jo, ada ikan terbang raksasa yang bergerak cepat ke Selatan," teriak Sanusi kepada Bejo yang masih asyik memancing.

Bejo hanya mengangkat mukanya, pandangan acuh tak acuh ke arah yang ditunjukan si Sanusi. Tanpa memberikan komentar, si Bejo kembali melanjutkan kesibukannya.

"Halusinasi si Bejo," batinnya ringan.

Perahu mereka sebentar bergoyang-goyang kemudian kembali tenang, mengikuti gelombang lautan yang terus bergerak lembut.

Bejo dan Sanusi pun melanjutkan kegiatannya memancing.

Matahari terus bergulir lengkung ke atas tanda siang semakin cemerlang.

Ikuti terus petualang Galih Sukma.

Kejadian apa yang akan ditemuinya di Negeri Benua Lokananta?


Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun