Berpikir seperti itu, Senopati Banyu Biru semakin bersemangat. Ditariknya les kudanya dan dikempitnya perut kuda untuk menambah kecepatan lari kuda.Â
"Hiaaaah... Iieeeghhh!"
Si Hitam meringkik dan melonjak mempercepat larinya.
Belum beberapa depa berlari terdengar suara lirih mendesir, gerakan halus secepat kilat menghadang perjalanan Senopati Banyu Biru.
"Singgggg."
Senopati Banyu Biru meski dalam keadaan seperti itu, masih tetap waspada. Naluri dan pikirannya terpicu untuk mengantispasi suara dan desir gerakan yang meluncur cepat kepadanya. Yang tanpa diduga gerakan itu mengarah ke arah lehernya, maka dengan sigap, Senopati Banyu Biru segera meloncat ke atas untuk menyelamatkan diri. Sambil berjaga-jaga, jangan sampai ada serangan susulan.
Tubuhnya ringan meloncat ke udara sambil menendang punggung si Hitam supaya berbelok arah. Sebagai antisipasi bahwa serangan bokongan itu tidak menyasar kepada si Hitam kudanya juga.
"Dukkk."Â
"Ieeeghh!"
Dalam waktu yang bersamaan.
"Singggggg."