*
Kuda jantan hitam itu terus melesat ke arah Selatan setelah keluar dari gerbang istana. Dia sengaja memilih jalanan melingkar yang sepi sehingga perjalanan pulangnya dapat ditempuh lebih singkat dengan memacu kudanya.
Senopati Banyu Biru, tidak pernah menyangka sama sekali bahwa perjalanan pulangnya kali ini akan menemui keanehan tidak seperti biasanya. Di dalam benaknya sekarang, hanya terbayang wajah cantik Kemala Ratri istrinya dan anak semata wayang Daru Langit yang montok dan lucu.
Dia tidak pernah curiga bahwa dari atas, ada "sesuatu" yang aneh mengikutinya pulang.Â
*
Tugas baru yang dibebankan oleh Panglima Nakayana kepadanya, membuatnya harus berpisah sementara dengan Kemala Ratri dan Daru Langit.Â
Sebenarnya tugas rahasia yang ditunaikan untuk menyirap kabar keberadaan Ki Mahendra, manusia setengah dewa yang bergelar Datuk Sakti dari Utara yang dulu menjadi penyelamat Raja Benua Kerta dari Negeri Benua Lokananta dari serbuan negara asing, dua puluh tahun yang lalu.
Maka, dengan tidak sabar Senopati Banyu Biru mencongklang cepat kudanya sore ini, untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas berat itu.
*
Mentari masih terus menggelincir ke arah Barat, diiringi angin mendesau dan jerit beburungan yang pulang ke sarang.
Ujung dari hutan kecil yang akan dilewatinya di depan adalah tempat terbuka yang mempunyai sudut pandang luas ke arah delapan penjuru angin di sekitarnya. Sehingga dari tempat ketinggian itulah, Senopati Banyu Biru bisa melihat atap rumahnya dari kejauhan.