Oo... sekali lagi, melayang tubuh dari Volvo pertama, tubuh berjaket kulit ketat, kurus tinggi, terbanting menghalangi Ducatti yang terus mencari kesempatan memuntahkan Mark 23 di genggaman tangan kirinya. Tekanan gas ditarik dalam, menyentak, dan meloncat menghindari tubuh kurus yang terguling tewas dengan luka memerah di dada kirinya. Begitu, taktis dan efesien.
Volvo pertama, meliuk ke arah kanan Rover, dari samping pintu kiri, dengan cerdik si Kumis tipis membidik ke arah driver Rover. Dari kaca spion, driver melihat lesatan peluru, ia membanting stir ke kiri.Â
Aha... itulah jebakan si Kumis tipis. Termakan.
Saat driver Rover membanting ke kiri, posisi Rover sisi depan terdorong ke kiri, body Rover bagian belakang terbanting ke kanan... dan peluru menyambar laki-laki kekar di belakang driver.Â
Peluru menghantam telak lehernya, kepala terputar ke kanan, jatuh ke dalam Rover, darah memerahkan interior Rover, dan menghujani Riena Malik yang merunduk dengan butiran darah.
" Aaaaa... " jerit Reina ketakutan.
" Ha... Ha... ha...." Si Kumis tertawa puas karena berhasil menumbangkan musuhnya. Ia tidak menyadari sebuah pistol Mark 23, di belakangnya menyalak, dan menyambar belikatnya, membuatnya ia terbanting keluar pintu, jatuh terguling dan terkapar.
Tiga Volvo pengejar menyadari bahwa ada dua target yang harus dimusnakan.
Rover Velar di depan dan Ducatti merah yang bermanuver melepaskan peluru panas yang kedua menghantam telak telinga driver Volvo kedua. Serangan yang mengerikan, arah peluru begitu jitu.
Driver tersentak membanting stir ke kanan, gas terinjak penuh, Volvo melonjak hilang keseimbangan, terbang berputar menghantam pembatas tebing, merobek, lepas, dan berguling cepat ke dalam jurang. Berdentang, membentur dan...Â
" Buummm..."