Hanya mushola atau sebuah gubuk kecil beratap genting yang sebagian pecah, melorot dari tempatnya, sehingga kalau hujan mushola itu bocor. Dindingnya terbuat dari gedek atau anyaman bambu inilah salah satunya tempat yang mampu menerima, dan menghiburku dari omongan yang memyakitkan hati.
Kang Saidin menerimaku mengaji tanpa melihat masa lalu, latar belakang keluargaku. Membuat hariku selanjutnya yang semula muram menjadi bercahaya penuh harapan.Â
*
Belajar dari mulai mengenal huruf, alif, ba, ta dan terus mengeja. Merangkai huruf, membaca huruf sambung hingga akhir dengan perlahan tapi pasti, aku mampu membaca Al Quran. Selain mengaji, diajarkan juga tentang akhlak, adab, akidah, sejarah nabi dan berbagai cerita hikmah untuk diambil pelajaran terbaiknya.
*
Kang Saidin masih muda belum menginjak usia 30 an, namun dengan beliaulah aku cocok mengaji dan alhamdulillah sampai katam Quran.Â
Mushola reyot itu adalah sebagian cerita kemanisan dan keikhlasan dari Kang Saidin guru mengaji tanpa sedikut pun meminta imbalan atau bayaran.
*
Waktu bergulir sangat cepat, masa sekolah sudah sampai batas akhirnya, dengan terpaksa aku harus berusaha mencari kerja  jauh ke ibukota, meninggalkan mushola reyot dan Kang Saidin yang menitipkan wasiat agar aku di mana pun berada tetap berpegang teguh kepada agama dan Allah.
*
Jika Allah menakdirkan aku berhasil. Kaya berkelebihan harta. Aku akan membangunkan sebuah Mushola untuknya sebagai pengganti mushola reyot tempatku mengaji dulu.