*
Tiga puluh lima hari tepat jatuh waktunya bersamaan dengan langit Astina tiba-tiba mendung gelap, kilat dan petir muncul, suara lolongan anjing hutan dan serigala bersahut-sahutan.Â
Prabu Pandu, Yamawidura dan Eyang Bisma datang menyaksikan periuk pertama yang pecah dan muncullah bayi laki-laki yang segera diambil dan digendong Haryo Suman untuk diserahkan kepada Gendari.
Yamawidura melihat tanda-tanda malapetaka di kemudian hari dari kelahiran ini, menyarankan untuk membunuh bayi itu. Namun Haryo Suman menolak mentah-mentah.Â
Sebagai penengah Prabu Pandu menyerahkan keputusan sepenuhnya di tangan ayahnya Drestarata.
Semula Drestarata akan mencekik mati bocah laki-laki itu.
Saat tangannya terayun, si bocah itu menangkap tangan Drestarata, ia sangat bahagia, ternyata bayi itu tidak buta seperti dirinya.
Ia tidak jadi membunuh bahkan ia bersumpah akan membunuh siapa saja yang akan mencelakakan anaknya.
Anak sulung itu di beri nama SUYUDONO atau yang menang perang ( Duryudono ) sindiran bagi kemenangan terhadap Yamawidura.
*
Selanjutnya satu persatu periuk itu pecah dan keluar bayi laki-laki hingga berjumlah 99 dan digenapkan 100 dengan keluarnya satu-satunya bayi perempuan dan diberi nama Dursilawati.
Seratus Kurawa yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari geger Perang Baratayuda nantinya...
Bagian kehidupan yang selalu berpasangan..
Ada siang ada malam...
Ada gelap ada terang...
Ada baik ada buruk..
Ada Protogonis ada juga Antagonis...
Dan bala Kurawa inilah yang menjadi bagian Antagonisnya...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI