Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Aku

22 Desember 2018   10:07 Diperbarui: 22 Desember 2018   10:35 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Duugg...!"suara beradunya buku tangannya yang menahan emosi menghantam keras dinding kamar. Ada sakit yang meresap di buku tangannya... meleleh darah... namun tak sesakit yang melukai hatinya. 

Braga, begitu marah tadi, ketika mamanya melarang hubungan percintaanya dengan Monika...

" Hhh.. " sesak dadanya mengingat perdebatan dengan mamanya yang berakhir dengan menguarnya semua perasaan marah di hatinya, ototnya mengejang, urat-uratnya memanas, pandangan matanya berkunang memerah marah...

Alasan mamanya yang kuno dan tak masuk akal tidak mampu meluruskan niatnya bercinta dengan Monika...

" Ini firasat mama sayang... ia tidak cocok untukmu, percayalah Ga!" penjelasan mamanya semakin membuatnya naik pintam... Tanpa sadar tangan kanannya yang bergetar terangkat dan terayun ke arah mamanya....

" Oh... !" terperanjat dan terbelalak mata mamanya melihat ayunan tangan yang membawa bara....

" Aaa... mama... kolot... ," jeritnya kalap, tangannya mengawang dan dengan cepat Braga berbalik dan melesat ke arah kamarnya.

Kemarahan yang begitu mencekik hatinya dan tinjunya yang mengawang tadi... Menghantam berdebug di dinding warna pastel yang kemudian bergetar menerima luapan emosi...

Braga, tidak pernah menyadari bahwa setelah itu mamanya terduduk lemas bersandar di kursi di sudut ruangan tengah yang gelap... ia sangat terkejut... tidak percaya... kecewa... anak semata wayangnya akan memperlakukannya seperti itu...

Tiba-tiba dadanya tersengat rasa sakit... dan tubuhnya merosot luruh dari atas kursi...

Suaranya hilang... tenaganya hilang... ia menggapai ke udara... saat terakhir di lihatnya Braga anaknya keluar kamar.... pergi dari rumah tanpa menengoknya sedikitpun ke arahnya...

Kesadarannya hilang... bersama suara Kedasih melirih di atas wuwungan rumah..!

*

Braga... hancur hatinya oleh penolakan mamanya, restu yang diharap lenyap sudah. 

Beberapa hari ia tidak pulang ke rumah, membawa hatinya yang marah ke tempat-tempat seumur hidupnya sebelumnya tidak pernah ia jejaki.

Rasa marah mengabutkan akal sehatnya, rasa kecewa membakar perasaannya... ia tersesat di klub yang beraroma kehancuran...

Disesapnya air api untuk membunuh gundah hatinya... meski rasa menyesak dan getir mengisi dingin dada dan mengabutkan otak warasnya... ia berjalan terseok dan sesekali menyeret kaki... Menuju ruangan yang bau getirnya asap tembakau dan tawa cekikikan pembangkit nafsu...

Ia oleng, namun dari pandangannya yang berbayang ia mengenali sesosok yang sangat akrab dan menghuni hatinya selama ini... sedang berpesta... dengan teman-temannya... Dengan perlahan didekati dengan rasa penasaran..

Braga bersembunyi di balik sebuah sekat... namun suara kicau meriah Monika masih bisa ia tangkap... Dan itu suara... membuat kacau otak kepalanya...

" Apa... si Braga... ah itu... sih cuma Ban Serep.. Bray... Ganteng sih... tapi kere... aku manfaatin aja dia... daripada gue kedinginan ditinggal Franz..,"kicau Monika membuat dunianya berputar... apalagi selanjutnya...

" Dua hari lagi, Franz pulang dari Amrik, Bray... aku akan tendang si Ganteng Kere itu..," celoteh riang Monika disambut koor ketawa teman gengnya.

Buku jari jemari Braga menegang... Lukanya belum sembuh ini disiram minyak dan garam di atas lukanya...

Gelas di tangannya pecah dalam remasannya..

Dan gelaplah dunianya..

*

Braga tersadar ketika bodyguard klub menggusur dan melemparkannya melayang ke tempat sampah dan di belakang klub.. Bau busuk menyergap hidung... dan tiba-tiba air hujan menghujami kepalanya... Ia tersadar... Saat kilat pertama membelah langit...

*

Ya... Ya... ia hanyalah pecundang... Ia hanya... dimanfaatkan saja... Hancur remuk hati Braga... kehormatan dan harga dirinya tercabik terbakar...

" Sundal..." umpatnya marah...

Dalam kepepatan hatinya... tiba-tiba seraut wajah kasih melayang di ruang hati dan matanya...

" Mama...," keluhnya nyeri.

" Benar katamu... aku yang buta,"gumamnya kering...

Bergegas ia berdiri bergoyang limbung... namun tetap melangkah .. Pulang..!

*

" Aku harus mencium kakimu mama.. Maafkan aku mama," rasa bersalah mengedor hatinya..Penyesalan mengelayuti hatinya... Yang memaksanya ia cepat meluncur pulang....secepatnya!

*

Braga lemas luluh lantah jatuh terduduk di betonan jalan... Tatapannya nanar dan ini nyeri yang paling pekat...

Ini ngilu yang paling sakittt...

Saat kabutan matanya yang penuh air mata melihat berbayangnya bendera kuning yang berbaris... panjang.... menuju rumahnya...

" Lantunan pembacaan Yasiin" membuat tubuh terbanting sekali lagi...

Aku belum sempat mencuci kakimu dengan air mata penyesalanku mama...

( Selamat Hari Ibu )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun