Lahirlah Jagoan Hebat Di Masa Datang
Proses kelahiran jabang bayi yang lucu nan montok bisa melalui berbagai cara. Bisa lahir normal, lahir di vakum ataupun lahir melalui operasi cesar ( hao... hao... eha... eha... joss )
Demikian pula proses penanaman benihnya ada secara normal, insemenasi buatan yang dikenal dengan bayi tabung, ada juga melalui istilah kloning atau pengadaan dari pembelahan sel induk, bisa diambil dari sel manapun untuk diproses dengan keahlian bioteknologi dan ilmu lainnya sehingga dapat menghasilkan bayi baru sesuai dan persis sama dan sebangun dengan induknya, bahkan bisa lahir lebih dari satu sesuai selerapun bisa. Itu di dunia manusia!
Nah, kalau di dunia wayang apalagi wayang mbeling lain lagi ceritanya, lebih spetakuler dan ngidap-ngidapi ( nggak masuk kalau dipikir dengan akal sehat ).
Persis dengan kelahiran jagoan ini, yang bernama Anoman.
Ini wayang juga spetakuler, bisa muncul di dunia cerita. Di kisah Mahabarata ada. Di kisah Ramayana ada, di warung kopi Pakde Iwanpun ada juga... he... he... Eh... maaf tapi yang sachetan... Ahai!
Syahdan...
Tersebutlah gadis cantik nan rupawan dengan bodi menawan baik hati dan tidak sombong, ora celutak lan rajin memamah biak bernama Dewi Anjani. Dewi yang terkenal cantik juelita luar biasa ini lagi nandang musibah, kuciwa karena kecantikan yang telah termasyur se luas macapada dan khayangan ini tiba-tiba lenyap. Plasss...
Wajahnya yang cantik bak Gal Gadot pemeran Wonder Women itu berubah jelek dan berwajah kera kini, buruk rupa deh. Betapa tidak sedih, kecewa, gundah gulana hatinya.
Atas nasihat dari papa-nya yang sakti dan canggih Begawan Gotama yang terkenal itu ( sebagai dirijen orchestra, ya kah? ) kutukan itu bisa hilang kalau Anjani melakukan tirakat. Ia harus bertapa Nyantoka, tidak perlu luluran, rendeman atau operasi plastik segala.
Lakukan tapa kungkum, berendam setengah badan, hanya kepala saja yang terlihat di atas air. Syaratnya harus tapa di Telaga Nirmala saja.
Segera tanpa dua kali bertanya, Anjani langsung tancap gas dengan scooter maticnya dengan kecepatan 2 march atau dua kali kecepatan cahaya sambil memikir risau, siapa sih yang iseng mengutuknya jadi jelek berwajah kera? ( betewe... emang ada kera yang cakep...aih? )
Akhirnya bertapalah Dewi Anjani di Telaga Nirmala hanya sebatas leher masuk air telaga dan leher ke atas nongol di atas air. Rambutnya yang panjang indah dibiarkan terurai melambai-lambai di angin sepoi-sepoi.
Selama berbulan-bulan tapa ini dilakukan.
Untuk keperluan konsumsi dan nutrisi, Anjani hanya menangkap apa-apa yang jatuh di telaga dan mengalir ke arahnya.
Ada mangga lewat ia makan.
Ada jambu lewat ia makan.
Ada nasi padang dengan rendangnya lewat. Ya terpaksa ia makan, malah kebeneran toh!
Nasib tidak dapat diraih, untung tidak bisa ditolak ( eee... bener nggak perihbahasa ini ya? )
Batara Guru sebagi petinggi dewa di Kayangan, tumben saat itu lagi bersafari, keliling dunia, terbang melayang melalang buana di atas langit macapada. Melakukan kegiatan rutin, atau mungkin lagi bete kali ya.
Melintaslah ia di atas Telaga Nirmala.
Dari atas langit, pemandangan telaga nampak indah biru kehijauan bergelombang lembut aih segar... Eeit... tunggu dulu.. Apa yang nampak bersinar itu...Â
Ada cahaya keemasan dan nampak mempesona membuat Batara Guru kepo menurunkan ketinggian terbangnya sekitar 1653 kaki dari atas permukaan telaga.
Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sebentuk punggung kuning gading berkilau, leher kuning jenjang menawan, rambut hitam yang melambai seakan mengajak siapapun untuk menikmati air telaga yang sejuk ini.
Hanya dari belakang saja pemandangan itu, view background belum depannya, Batara Guru sudah yakin pasti makhluk manusia itu cantik adanya.Â
Ia langsung kepincut dan bergetar hasrat dan birahinya...
Kama ( atau air benihnya ) keluar dan jatuh tepat di atas dedaunan asam muda atau sinoman yang kemudian dibawa arus, terkampul-kampul ke arah Anjani. Pas... ladalah Dewi Anjani lapar. Serta merta... huup...di makanlah sinom asam bersama benih dewa.
Dengan kehendak dewata peristiwa singkat dan spektakuler ini membuat Dewi Anjani mengandung. Amazing bukan!
Segera ia mencari siapa yang bertanggung jawab membuatnya mengandung.
Ketika ia melihat ke sekeliling tidak ada sebiji orangpun, ia mencari ke atas. Dan, ia melihat bayangan terbang.... Ya itu.... pesawat... bukan, Superman... bukan. Ternyata itu Batara Guru, Anjani mengenali bentuk dan wajah dewa yang satu ini dari Ensiklopedia Dewa.
Ia menuntut tanggung jawab kepada Batara Guru. Dewa yang punya tegangan tinggi tidak bisa mengelak, memang ialah yang punya kama itu.
*
Ketika saatnya melahirkan, Batara Guru mengirim beberapa orang bidadari untuk menolong kelahiran bayi yang berujud kera putih mulus itu. Selanjutnya Dewi Anjani diruwat sehingga menjadi cantik kembali dan hidup di kahyangan.
Bayi yang lahir itu diberi nama Anoman.
Di kahyangan, ketika Batara Guru sedang memangku bayi Anoman, Batara Narada menertawakannya. Segera Batara Guru menghampirinya, dan menempelkan sehelai daun nila di punggung Narada, dan seketika itu juga di punggung Batara Narada menggelendot seekor bayi kera berwarna biru nila. Bayi kera itu diberi nama Anila. Para dewa yang hadir tertawa semua.
Karena merasa ditertawakan, Batara Guru lalu memerintahkan para dewa untuk menciptakan seekor kera bagi anak mereka masing-masing sebagai teman bermain calon jagoan akan datang.
TamatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H