Mohon tunggu...
Jafria Vinori
Jafria Vinori Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

paksa-bisa-terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bersyukurlah!

22 April 2022   09:33 Diperbarui: 22 April 2022   09:40 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haii guys,, apa kabar nih?? Semoga selalu dalam lindungan yang maha kuasa (Allah) yahhh,, amiinn,, sebelum itu gimana nih bulan puasanya?? Semoga masih full yah tidak ada yang mokel, hehehe.

Oke guys, artikel kali ini aku akan membahas perihal bersyukur, apa sih bersyukur itu?? Sudahkah bersyukur untuk hari ini? Pastinya kalian semua sudah paham arti dari bersyukur itu sendiri, gimana ga mau paham coba? 

Materi bersyukur saja sudah dibekali mulai dari kita Sekolah Dasar. Iya benar, bersyukur ialah sesuatu hal yang memang perlu dilakukan oleh manusia terutama agama islam atas segala nikmat yang telah Allah berikan. 

Emang sih kadang tuh adakalanya hal yang kita pandang sebelah mata ternyata itu sebuah nikmat yang Allah berikan, akan tetapi kita abai akan hal tersebut.

Dibalik megahnya Universitas Islam Negeri Maulana Mlik Ibrahim Malang, terdapat sebuah rumah yang kecil yang berada diantara himpitan rumah-rumah warga. Bertepatan pada tanggal 07 April 2022, saya dan teman-teman akan melakukan wawancara. 

Awalnya kita bingung akan mengarah kemana tujuan kita untuk wawancara, akhirnya kita bertanya pada pak satpam gerbang kampus, dan beliau langsung meminta tolong kepada bapak RT disana, kita yang mengerti kondisi dan situasi bercerita kepada bapak RT tersebut yang bernama Bapak Imam. 

Beliau langsung yang mengantarkan kita sampai ke sebuah rumah yang terletak diantara rumah-rumah yang memang kita mengiranya di sikitar situ warganya masih bisa untuk menghidupi sebuah rumah tangga, ternyata di dalam rumah warga tersebut terdapat rumah yang kecil, sudah usang, dan gelap. Ternyata disitu tujuannya, rumah tersebut merupakan tempat tinggal seorang nenek yang sudah lansia dengan umur yang berkisar 70 tahun-an. 

Mbah Sanatun namanya, beliau dengan kesetan yang sudah rentan yang lambat laun mulai berkurang ntah itu pendengaran maupun penglihatannya. 

Seperti yang terjadi pada mbah Sanatun yang pendengaran beliau yang sudah mulai berkurang, penglihatan beliau yang hanya berfungsi satu, bahkan kaki beliau yang sudah susah untuk diajak berjalan jauh. 

Beliau hanya tinggal sendiri tanpa adanya suami dan putra putri. Kita disana ditemani oleh ibu komplek yang bernama Ibu Yuni dan yang menjelaskan apa yang terjadi kepada beliau. 

Beliau orang yang sangat ramah, beliau langsung mempersilahkan kita untuk masuk, pada saat kita masuk kedalam sana, sungguh aku langsung kaget, syok, sedih semua perasaan saya campur aduk. Betapa kurang bersyukurnya aku selama ini, kata-kata seperti itulah yang langsung terpintas dalam benak saya.

Mbah sanatun memiliki tiga suami, yakni mbah Sair, Mbah Tasrih, dan yang terakhir hingga beliau wafat ialah mbah Rosla. Mbah Roslan bekerja sebagai tukang becak, dan menunggu penumpang di pinggir jalan raya, beliau berpenghasilan sangatlah kurang yaitu Rp.2000 -- Rp.20.000 setiap harinya. Ntah itu dibohongi oleh penumpang atau karena factor lain (kurang tau yah) manusia siapa yang tahu? Kita cukup berfikir positif apapun itu. 

Menurut saya yang memang dikehidupan sekarang uang yang dihasilkan beliau bisa tidak berarti apa-apa dalam rumah tangga. Bukankah uang 20.000 itu temasuk penghasilan sedikit (pas-pas.an)? akan tetapi beliau masih bisa tersenyum dan dengan bahagianya beliau langsung pergi ke warung untuk membeli sebuah makan yang bagaimanapun caranya cukup untuk dimakan dirinya dan sang suami. 

Hingga terjadinya sebuah kecelakaan yang dialami oleh suami mbah sanatun yaitu (mbah Roslan), yang merenggut paksa kehidupan beliau yang terjadi sekitar lima tahun yang lalu.

Setelah kejadiaan itu beliau tinggallah seorang diri yang kehidupannya sudah ditanggung oleh warga sekitar, bersyukurnya tetangga beliau sangatlah ramah, peduli dan ada pula yang bergantian memberikan uang. 

Tak jarang ada yang member beliau sebuah sembako, akan tetapi sembako tersebut beliau tukarkan kembali menjadi uang, karena prinsip beliau adalah uang lebih penting karena dengan uang beliau bisa membeli apa yang dibutuhkannya, sangat kecil kemungkinan untuk memask di umur beliau yang sudah sepuh bukan?. Memang benar uang bukanlah segalanya, akan tetapi kembali lagi pada zaman sekarang bahwasannya semua hal membutuhkan uang.

Beliau pernah suatu ketika meminta-minta di jalanan beserta menari-nari. Jikalau ada yang tidak memberi beliau akan merasa marah. Kemudian beliau ketahuan oleh tetangga beliau dan diantarlah beliau ke rumahnya. 

Beliau seperti itu pasti memiliki alasan, nah alasan beliau adalah karena beliau memang benar-benar lagi kehabisan uang dan  membutuhkan sebuah uang.  

Beliau juga terkadang menolak jikalau ada tetangga beliau yang memberikan beliau sebuah makanan, karena beliau merasa tersinggung. Akan tetapi, jikalau beliau diberi uang, beliau akan menerimanya. 

Beliau pernah merasa depresi akan keterbatasan fisik maupun ekonomi beliau. Alhasil beliau pernah teriak-teriak dan ingin mengakhiri hidupnya tetapi selalu ditenangkan oleh tetangga beliau.

Meskipun beliau mengalami banyaknya keterbatasan itu tidak menjadi penghalang untuk beliau melaksanakan ibadah. Beliau masih melakukan ibadah secara rajin walaupun terkadang masih perlu diingatkan oleh tetangganya. Maklumlah yahhh sudah sepuh. Bahkan beliau masih mengingat Allah tak lupa untuk berucap kalimat hamdalah, istighfar dan lainnya.  

Dari artikel yang dibawakan oleh saya, sudahkah kalian merasa kurangnya bersyukur dalam setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT?. Ingatlah jangan merasa iri terhadap kehidupan orang lain. 

Karena, apa yang kita lihat belum tentu seenak, senyaman orang lain lihat. Bisa saja itu hanyalah kamuflase. Kata kuncinya hanya satu yaitu bersyukur akan apapun nikmat yang telah Allah SWT berikan...

Salam Hangat:) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun