Dengan demikian, bergabungnya kalangan selebritas seperti Ale dan Nia dijelang Pemilu 2024 ini tidak sekadar dijadikan sebagai pendongkrak elektabilitas partai, menghimpun suara dari masyarakat.
Perekrutan kalangan selebritas bukan untuk menghindari stigma kegagalan kaderisasi. Golkar melakukan beragam pelatihan untuk mendukung keunggulan setiap kadernya, sehingga tidak mengherankan jika dalam menghadapi Pemilu 2024 partai beringin menjadi yang pertama dalam menyerahkan daftar nama calegnya baik untuk tingkat I dan tingkat II.
Golkar serius menjalankan proses kaderisasi untuk membuat kader-kadernya tangguh, sehingga mampu mengangkat suara partai di daerah pemilihannya masing-masing. Tidak menjadi masalah bagi Golkar jika dianggap sebagai partai yang tidak terlalu mengedepankan kepentingan pragmatis, misalnya dengan mengutamakan perekrutan kalangan selebritas dan figur-figur yang tinggi popularitasnya untuk meningkatkan perolehan suara elektoral.
Memang harus diakui bahwa kalangan public figure atau selebritas, yang memiliki tingkat popularitas tinggi, menjadi salah satu hal yang penting untuk mendulang suara partai.
Modal popularitas yang dimiliki sosok-sosok terkenal di bidangnya, serta para pesohor, bisa menjadi pondasi untuk meningkatkan elektabilitas partai. Walau demikian, popularitas itu harus diolah dengan manajemen politik yang tepat.
Dengan manajemen marketing politik yang tepat, popularitas dari berbagai figur terkenal tersebut mudah dikonversi menjadi elektabilitas. Pasalnya, popularitas tak selalu berdampak atau berbanding lurus dengan elektabilitas. Kendati demikian, popularitas tetaplah menjadi modal penting....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H