Mohon tunggu...
Jafran Azzaki
Jafran Azzaki Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Menulis

Seseorang dengan hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Anies Tak Maju Capres 2019, Tetapi 2024

30 Januari 2023   11:16 Diperbarui: 30 Januari 2023   11:42 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno saat memenangi Pilgub DKI Jakarta 2017. (Foto: Kompas.com).

ANIES RASYID BASWEDAN bertekad untuk terus maju pada kontestasi politik dan demokrasi rakyat terbesar di 2024, yakni Pemilihan Presiden (Pilpres). Anies sudah memastikan pantang mundur. Hanya saja kepastian Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 itu sah menjadi kandidat calon presiden (capres) masih sangat tergantung pada dukungan yang diberikan oleh gabungan partai-partai, tidak cuma berdasarkan deklarasi dari NasDem.

Itu adalah gambaran umum dari apa yang terjadi sekarang ini. Anies boleh saja wara-wiri ke sana ke mari menemui para pendukungnya,  menyosialisasikan dan berdialog, yang beda-beda tipis sebenarnya dengan kampanye. Tetapi, semua itu tidak akan berarti apa-apa jika mantan Mendikbub tersebut hanya mengandalkan dukungan dari NasDem.

Anies masih memerlukan dukungan dari partai politik lainnya untuk memastikan keabsahan pendaftarannya sebagai bakal calon presiden (bacapres) di pertengahan Oktober hingga November 2023 mendatang. Kalau dukungan untuknya tak memenuhi persyaratan Presidential Thresold (PT) 20%, Anies tak bisa menjadi bacapres.

Kita ketahui, kabarnya Demokrat dan PKS akan segera mendeklarasikan bacapres yang masing-masing mereka dukung dalam waktu dekat. Kabarnya lagi, Demokrat dan PKS sudah sepakat untuk mendeklarasikan Anies. Jika itu benar-benar terwujud, otomatis kelak Anies bisa menjadi bacapres.

Dukungan Demokrat dan PKS terhadap pengusungan Anies selama ini terganjal oleh keinginan masing-masing dalam menentukan bakal calon wakil presiden (bacawapres) pendamping Anies.

Demokrat mengunci kesepakatan dengan berupaya mengusung Ketua Umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono. Demikian juga dengan PKS, yang terus memperjuangkan Wakil Ketua Dewan Syuro Ahmad Heryawan menjadi wakil dari Anies.

Jika Demokrat dan PKS benar-benar sudah mengalah dari persyaratan tak tertulis terkait bacawapres tersebut, maka sekaligus itu menjadi kemenangan untuk NasDem. Partai besutan Surya Paloh itu sudah mencuri start dengan mengusung Anies sebagai bacapres, tak mempedulikan Demokrat dan PKS yang menjadi sekutunya untuk membentuk Koalisi Perubahan.

Gambaran di atas perlu dipaparkan kembali sehubungan dengan menghangatnya isu tentang adanya perjanjian antara Anies Rasyid Baswedan dengan Prabowo Subianto, sebagaimana disampaikan Sandiaga Salahuddin Uno dalam wawancara khususnya dengan Faisal Akbar.

Dalam Youtube Akbar Faisal itu, Sandiaga, anggota Dewan Pembina Gerindra, mengemukakan adanya perjanjian antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Anies Baswedan. Namun, Sandi tak menjelaskan  kapan perjanjian yang ditekan Prabowo dan Anies tersebut dibuat.

Subtansi dari perjanjian tersebut pada intinya adalah kesediaan Anies untuk tidak dicalonkan menjadi presiden.

Kita ketahui, Anies memang tidak mencalonkan diri sebagai presiden di Pilpres 2019. Saat itu, justru Prabowo dan Sandi yang maju, meski akhirnya harus menyerah pada pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Merujuk dari fakta itu, perjanjian antara Prabowo dan Anies tampaknya merujuk pada kontestasi di 2019. Anies fokus pada tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta, sementara Sandi yang justru maju bersama patronnya di Gerindra yakni Prabowo Subianto.

Merujuk dari fakta itu juga perjanjian antara Prabowo dan Anies jelas berkaitan dengan dinamika yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta 2017. Saat itu, Anies maju ke Pilgub berpasangan dengan Sandi.

Menilik pemberitaan Kompas.com kala itu, pasangan calon nomor pemilihan tiga itu menang dengan persentase 57,96 persen suara. Sementara itu, pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat memperoleh 42,04 persen suara.

Duet Anies-Sandi maju ke Pilgub DKI 2017 diusung oleh Gerindra dan PKS, dengan dukungan Perindo dan Partai Idaman. Mereka berkontestasi dengan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

Dari tiga pasangan tersebut, duet Anies-Sandi dan Ahok-Djarot yang maju ke putaran kedua, sementara pasangan AHY-Sylviana Murni yang diusung Demokrat, PPP, PKB PAN serta didukung Partai PMB, Buruh, Pelopor, PKNU, PKDI, PPDI dan Pakar Pangan, terlempar dari kontestasi.

Pada putaran kedua duet Anies-Sandi mengungguli Ahok-Djarot yang diusung PDIP, Golkar, Hanura, dan NasDem.

Sekarang, menuju kontestasi Pilpres 2024, Anies baru resmi diusung oleh NasDem...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun