Mohon tunggu...
Jafran Azzaki
Jafran Azzaki Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Menulis

Seseorang dengan hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

PDIP: Koalisi Tunggal atau Gabung KIB?

5 Januari 2023   15:49 Diperbarui: 5 Januari 2023   16:04 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PDI Perjuangan dipandang tengah memainkan perannya sebagai partai besar. Saat ini, elit partai berlambang moncong banteng itu menjadi satu-satunya partai yang mendukung uji materi penerapan sistem pemilu 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).

PDIP mendukung sistem proporsional tertutup di mana pemilih mencoblos gambar partai. Bukan orang, seperti dalam penerapan sistem proporsional terbuka. Sistem proporsional tertutup membuat pemilih seperti membeli kucing dalam karung, analogi dari ketidaktahuan atas kualitas calon anggota legislatif yang ditentukan oleh partainya.

Namun, penyokong sistem proporsional tertutup menyebut jika sistem proporsional terbuka rawan praktik politik uang. Yang jelas, beberapa pemilu terakhir, yakni 2009, 2014 dan 2019, semuanya menggunakan sistem proporsional terbuka.

Dari sembilan perwakilan partai politik di parlemen, delapan fraksi meminta Mahkamah Konstitusi (MK) tidak mengabulkan gugatan uji materi terhadap sistem pencoblosan pemilu legislatif tersebut. 

Mereka juga menyebut MK tidak pada tempatnya menyidangkan kembali uji materi yang sudah diputuskan. Pada 2008, MK pernah menyidangkan gugatan uji materi serupa dan memutuskan pemilu legislatif tetap menggunakan sistem proporsional terbuka.

Kedelapan partai tersebut adalah Golongan Karya (Golkar), Partai Nasional Demokrasi (NasDem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), serta Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PDIP menjadi satu-satunya partai yang mendukung langkah MK.

PDIP juga disebutkan tengah memainkan perannya sebagai partai pemenang Pemilu 2024 dengan terus mendesak Presiden Joko Widodo mengganti dua menteri asal NasDem yang dinilainya telah mencederai sikap sebagai partai pendukung pemerintah karena mengusung pencapresan Anies Baswedan. Padahal, Anies adalah antitesa dari Jokowi.

Reshuffle menteri adalah hak prerogatif dari presiden. Di luar PDIP, tidak ada partai lain yang demikian seriusnya menyerukan perlunya Jokowi mengganti menteri-menteri asal NasDem yang ada di Kabinet Indonesia Maju jilid 2 sekarang ini, sebagai implikasi dari sikap NasDem yang mengusung pencapresan Anies.

Perhatian pada PDIP juga dikaitkan dengan sikap mereka pada dinamika politik saat ini. Menuju Pilpres 2024, PDIP masih belum memutuskan untuk mengusung capres-cawapres sendiri. Walau sudah memiliki tiket langsung pencapresan, PDIP tetap masih "wait & see".

PDIP bisa menjadi pemain tunggal atau berkoalisi dengan partai lain. Sinyal koalisi tunggal main kuat dengan tren safari politik PDIP yang belum menemukan titik temu. PDIP sudah menjalin komunikasi politik dengan mengunjungi Ketua Umum partai Gerindra, Prabowo Subianto; Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto; hingga Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar; dan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. Terkini, PDIP berencana segera bersilaturahmi dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun