Dalam memilih paslon, penting bagi kita untuk mempertimbangkan logika dan rasionalitas, bukan hanya terpaku pada perasaan semata. Pemilihan paslon yang didasarkan pada emosi semata dapat memunculkan keputusan yang dangkal, ceroboh, impulsif, dan kurang mempertimbangkan kemampuan calon pemimpin.
Sebagai contoh, munculnya konten nangis di medsos pascadebat capres. Reaksi netizen tersebut dapat mencerminkan tingkat keterlibatan dan dukungan emosional yang kuat terhadap calon yang dipilihnya. Memang, kita punya cara yang beragam untuk mengekspresikan perasaan politik, tetapi hal ini akan mengurangi objektifitas kita sebagai pemilih.
Logika memberikan dasar yang kuat untuk mengevaluasi rekam jejak, keterampilan kepemimpinan, dan visi-misi paslon. Ketika logika menjadi landasan, kita mampu menerapkan standar logika yang sama pada semua paslon, menyaring informasi dan fakta yang objektif, serta mengukur kemampuan pemimpin untuk mengatasi tantangan.Â
Dengan cara ini, kita dapat memilih pemimpin yang memenuhi persyaratan dan memiliki kemampuan untuk mengemban tugas kepemimpinan dengan bijaksana, memastikan bahwa masa depan mereka dipimpin oleh seseorang yang kompeten dan dapat diandalkan.
Kelima, Jadilah pemilih bukan Pendukung
Langkah berikutnya adalah menjalankan peran sebagai pemilih, tanpa melewati batas menjadi pendukung. Dengan memilih untuk tetap sebagai pemilih, posisi kita akan membantu mengurangi demage sakit hati berlebih jika pasangan calon yang kita pilih kalah. Selain itu, hal ini dapat membantu meredam efek pukulan ke ulu hati apabila paslon yang kita pilih ternyata tidak memenuhi harapan atau dianggap buruk setelah terpilih.
Para pendukung paslon merupakan individu yang mendapatkan cuan, baik sebagai anggota tim pemenangan atau sebagai buzzer. Terlepas dari hasil akhir, menang atau kalah, mereka akan tetap panen.Â
Di sisi lain, bagi kita yang tidak kecipratan dana semacam itu, mungkin hanya rasa malu yang kita rasakan, terutama jika pasangan calon yang kita dukung tidak berhasil mencapai kemenangan.
Menjadi pemilih yang elegan memang mengharuskan kita untuk berperilaku bijaksana. Salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan tidak terlalu mengumbar pilihan kita. Walau akan terasa berat jika banyak informasi salah terkait paslon pilihan kita. Tahanlah, tahan. Kita hanya akan menyampaikan fakta jika diminta. Namun, jika dirasa sudah berlebihan, silakan. Konsekuensi hadapi sendiri.
Cara lain adalah dengan tidak sering membagikan konten terkait paslon, terutama jika kontennya bersifat tendensius ke satu paslon. Sebaliknya, jika hendak mengkritik, pastikan kritikannya bersifat adil dan merata untuk semua paslon yang ada. Intinya tetaplah jadi pemilih, bukan pendukung.
Begitulah, sekelumit tips agar kita menjadi pemilih elegan. Tips-tips ini mungkin tidak akan membuat paslon yang kita pilih menang, tetapi bisa sedikit meredam kebingungan. Paling tidak, mungkin dapat menghindari paslon yang terburuk berkuasa.