Mohon tunggu...
Jaenal Muttaqin
Jaenal Muttaqin Mohon Tunggu... Freelancer - Copywriter

Menulis untuk mengeluh dan menikmati hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Belajar Ilmu Ikhlas dari Si Pegolf Profesional

29 Maret 2023   14:00 Diperbarui: 30 Maret 2023   01:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Photo TribunStyle.com

Hai teman-teman.

Saya membaca sebuah buku karangan Jim Dornan yang isinya menceritakan seorang pegolf professional.

Pada suatu hari, pegolf tersebut baru saja meninggalkan klub golfnya setelah memenangi sebuah turnamen. Di tempat parkir, ia bertemu dengan seorang wanita yang datang kepadanya dengan suara menangis.

Wanita itu mengeluh kepadanya tentang bayinya yang tengah sakit parah dan dirawat dirumah sakit. Karena tidak memiliki uang untuk biaya perawatan di rumah sakit, wanita itu meminta bantuan sang pegolf agar mau menyumbangkan sebagian uang hadiah yang dimenanginya.

Menurut wanita itu, karena tidak ada lagi biaya, tidak ada lagi obat yang boleh diminum bayinya yang tengah sakit.

Pemain golf tersebut sangat tersentuh hatinya. Ia pun lalu memberikan semua uang hadiahnya untuk membiayai operasi guna menyembuhkan dan menyelamatkan sang bayi.

Baja Juga: Khalifah Umar dan Perempuan Miskin

Beberapa hari kemudian, pegolf itu kembali ke lapangan golf. Ia menceritakan kejadian tersebut kepada teman-temannya di lapangan golf.

Beberapa teman-temannya berkomentar, "Wah! Anda tertipu oleh perempuan itu. Ini bukan hal yang pertama kalinya ia berbuat begitu. Kasihan, Anda menjadi korbannya lagi. Mata pencaharian wanita itu  memang selalu menipu orang lain!"

Pegolf itu berkata, "Jadi, tidak ada bayi yang sakit keras?"

Mereka kompak menjawab, "Jelas tidak!"

Lalu pegolf itu berkata lagi, "Baguslah! Lega hati saya karena ternyata anak wanita itu tidak ada yang sakit."

Teman-teman, mari kita merenung sejenak dan mencerna pesan-pesan yang terkandung dalam kata-kata pegolf itu. Dan tanyakan kepada diri kita sendiri. "Apa reaksi kita, ketika baru saja memberikan uang kepada seorang penipu. Apakah kita akan merasa lega karena ternyata kekhawatiran kita pada bayi yang sakit itu tidak beralasan? Atau, apakah kita justru akan lebih memikirkan uang kita yang sudah hilang?"

Baca Juga: Khalifah Umar dan Perempuan Miskin

Saya tahu jawaban kalian. Pasti kalian akan memikirkan uang yang sudah hilang, dan akan berkata-kata dan bersumpah yang tidak-tidak kepada wanita yang sudah menipu kalian. Betul begitu kan.

Teman- teman, usia yang sudah kita jalani, memiliki harta dan menguasai kecerdasan, sering kali tidak membawa kita ke mana-mana. Padahal, segala upaya pencapaian tujuan sebenarnya bermuara pada ikhlas. Ikhlas adalah seperti keinginan orang tua kepada sang penyejuk mata yang dilahirkannya: memberikan kebutuhan dan perhatian sepenuhnya secara sabar. Tidak sedikit pun dalam hati mereka meminta imbalan kepada kita.

Baca Juga: Khalifah Umar dan Perempuan Miskin

Ikhlas adalah ilmu mahal. Siapa yang memiliki keikhlasan dalam dirinya, maka ia adalah pribadi yang sangat mahal.

Ikhlas adalah bayaran terbesar. Dan bayaran terbesarnya adalah hati yang bersih nan suci.

Tulisan ini, bukan untuk kalian, namun untuk diri sendiri, yang sengaja saya abadikan di kompasiana, sebagai pengingat dikemudian hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun