Tak lama satu per satu secara bergantian mereka diajak keliling kawasan hotel dengan dibonceng Harley Davidson.
Waktu sudah menunjukkan jam berbuka puasa saat kegiatan bonceng-membonceng ini selesai.Â
Dengan tertib adik-adik ini mengikuti arahan untuk ke masuk Ruang Dorsata untuk menyimak tausiyah dan dilanjut dengan buka puasa bersama.
Satu hal yang kemudian baru saya ketahui adalah 100 adik-adik yatim piatu ini juga berkesempatan untuk menginap di Hotel Best Western The Hive.
Tentu ini memberi pengalaman yang terus melekat dalam ingatan mereka.Â
Bagi saya sebagai orang dewasa, barangkali ini hanya hal biasa, menginap di sebuah hotel. Namun berbeda dengan anak-anak.
Saat itu pula saya coba merefleksikan ingatan saya saat usia saya kala itu baru 12 tahun dan pertama kali mneginap di  sebuah Vila, di Lawang Kabuapten Malang.
Hingga saat ini saya masih ingat betul setiap sudut ruang dan lokasinya, terlebih saat saya melintasi tepat di depan Vila tersebut menggunakan bus patas ke arah Malang.
Momen seperti ini akan terus ia rekam dalam alam bawah sadar anak-anak ini. Terlebih dalam obrolan singkatnya dengan adik-adik ini, IB Sanstoso pun menuturkan bahwa kelak mereka juga punya kesempatan yang sama untuk jadi orang yang berhasil, termasuk menjadi pengusaha hotel.
Sesaat kemudian saya pun termenung, bahwa untuk menjadi dampak bagi orang lain tak melulu lewat cara yang besar atau spektakuler, namun lewat hal sederhana sekalipun dapat membangun satu harapan kecil bagi orang lain, yang di kemudian hari menjadi sesuatu yang besar.