Mohon tunggu...
Erkata Yandri
Erkata Yandri Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Manajemen Productivity-Industry dan Energy sebagai Technical Services Specialist dengan menangani berbagai jenis industri di negara ASEAN, termasuk Indonesia dan juga Taiwan. Pernah mendapatkan training manajemen dan efisiensi energi di Amerika Serikat dan beasiswa di bidang energi terbarukan ke universitas di Jerman dan Jepang. Terakhir mengikuti Green Finance Program dari Jerman dan lulus sebagai Green Finance Specialist (GFS) dari RENAC dan juga lulus berbagai training yang diberikan oleh International Energy Agency (IEA). Juga aktif sebagai penulis opini tentang manajemen dan kebijakan energi di beberapa media nasional, juga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya tentang efisiensi energi dan energi terbarukan di berbagai jurnal internasional bereputasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bisakah Akreditasi Mengantarkan Kampus di Indonesia Menembus World Top University?

31 Maret 2021   06:46 Diperbarui: 26 September 2021   23:17 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi world class university (Sumber: pixabay.com)

Universtitas (Sumber: Dreamstime.com)
Universtitas (Sumber: Dreamstime.com)
Tentu, ada! Indonesia memiliki BAN-PT (Badan Akreditasi Perguruan Tinggi) yang juga lengkap dan komprehensif. 

Ada 9 fokus kriteria penilaian yang mencakup komitmen perguruan tinggi terhadap kapasitas institusi dan keefektifan pendidikan, yaitu:

  1. Visi, misi, tujuan, dan strategi
  2. Tata pamong, tata kelola, dan kerja sama
  3. Mahasiswa
  4. Sumber daya manusia
  5. Keuangan, sarana dan prasarana
  6. Pendidikan
  7. Penelitian
  8. Pengabdian kepada masyarakat
  9. Luaran dan capaian tridharma

Pertanyaannya, mengapa kampus di negara tadi mencuat ranking internasionalnya bahkan jauh melebihi kampus yang paling disegani di tanah air sekali pun, padahal sistem akreditasinya mungkin tidak se-komprehensif  Indonesia? 

Lalu, apa masalahnya? Dan bagaimana solusinya?

Sebenarnya, sistem akreditasi yang ada di negara kita sudah cukup bagus, yang mana instrumen pengukuran dan panduannya juga juga sudah jelas. 

Prosesnya dimulai dari evaluasi internal, dengan menyiapkan bukti untuk dievaluasi pihak eksternal, kemudian hasilnya dengan rekomendasi serta bantuan perbaikan. Cuma masalahnya, proses penjaminan mutu ini tidak berjalan dengan mulus. 

Selain itu, sistem akreditasi tersebut menyerap banyak sekali sumber daya, baik waktu, biaya, dan manusia, yang seharusnya bisa diberdayakan untuk menjadi hal-hal yang lebih produktif. Sebagai contoh, umumnya waktu habis hanya untuk mencari dan menyiapkan berkas dan data dengan melibatkan orang-orang tertentu.

Untuk mengejar prestasi yang sejajar bahkan melebihi tetangga di ASEAN bahkan asia juga dunia, sebenarnya tidak perlu lagi memasang strategi canggih ini dan itu. Cukup hanya fokus dengan apa yang sudah ada. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain sebagai berikut:

Pertama, bagaimana mensinkronisasi indikator kinerja dengan sistem ranking internasional. Sebenarnya, indikator yang dipakai oleh keempat lembaga tadi sudah ada dalam sistem akreditasi di negara kita. 

Di era online sekarang ini, bagaimana segala instrument pengukuran yang ada itu sedapat mungkin disesuaikan dengan indikator mengacu secara internasional. 

Sebut saja itu semua semacam key performance indicator (KPI = indikator kinerja utama). KPI ini yang harus diturunkan dari level tertinggi negara, institusi, sampai ke program studi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun