Mengenai kinerja, tinggal dibuatkan saja kesepakatan dengan beberapa indikator penting (KPI) untuk mengevaluasi kemajuan setiap minggunya. Dengan cara ini, Mahyeldi-Audy akan mendapat update penting dari pengembangan wisata ini. Jika ada masalah yang dideteksi dari KPI yang tidak tercapai, baik waktu, kuantitas maupun kualitas. Mereka berdua harus segera membantu memberikan jalan keluar dari permasalahan tersebut.
Kalau pasangan ini serius untuk periode kedua, target panen pariwisata Sumbar jangan sampai lebih dari 3 tahun setelah dilantik. Tidak harus menunggu sampoai 5 tahun. Jangan kelamaan. Disinilah letak nilai jual sebagai modal ke periode berikutnya. Makanya, harus segera nge-gas sejak dari awal .Jangan sampai tidak. Catat, ini jika mereka tertarik tertarik saja ya!
Nantinya, struktur IPM yang temporer itu bisa ,angsung menjadi Sumbar Tourism Borad (STB). Langsung di bawah kendali Gubernur/Wakil. Sebagai struktur permanent, STB hampir mirip-mirip lah dengan Otorita Batam. Tentunya menjadi semacam Badan Pengeloloa Pariwisata Sumbar (BPP. Kawasan-kawasan yang berpotensi menjadi industri wisata dibebaskan menjadi aset BPP. Bisa jadi termasuk daerah pertaian maupun perkebunan sekalipun. Termasuk juga di sini seperti Kawasan Mandeh.
Tidak mungkin banyak berharap ke Dinas Pariwisata Provinsi, Kab dan kota yang terlalu birokratis. Sesuaikan saja fungsinya sebagai regulator dan pengawas kepariwisataan. BPP bisa Ada indikator kinerja (KPI) yang sudah diset dari awal dengan goal gubernur nan diturunkan dari visi-misi Mahyeldi-Audy.
Terakhir, ini masalah promosi. Marketing. Pemasaran pariwisata. Begini, cobalah untuk tidak pernah ikut-ikutan ke model promosi pariwisata yang jor-joran seperti ”jaman batu” dulu. Jaman sebelum ada internet kata orang. Entah apa lah itu kalau ada yang pergi serombongan dengan alasan studi-banding kesana kesini lah, pergi ikut pembukaan kerjasama dengan instansi anu dan negara itu lah, buat ”alek-alek ketek” yang tidak jelas efeknya lah, dsb. Kegiatan yang hasilnya tidak bisa dipertanggung-jawabkan.
Jaman sudah berubah. JAMAN NOW. Jamannya internet yang sudah sampai ke ujung pelosok negeri. Smartphone sudah dipegang oleh segala usia. Jadi, optimalkan saja yang online-online dan sosmed-sosmed (Instagram, YouTube, Facebook, dsb). Lebih aplikatif, efisien dan efektif. Kepala jadi tidak pening atau nyut-nyut-nyut pusing.
Jadi, seberapa cepatkah pariwisata Sumbar dibuat menggeliat? Jawabannya tergantung dari bagaimana Mahyeldi – Audy mengonsepkan pariwisata Sumbar dengan cepat dan tepat untuk lima tahun ke depan pemerintahannya. Semuanya tergantung dari bagaimana mereka berdua bisa dengan cepat melihat dan menyelesaikan permasalahan kepariwisataan di Sumbar dengan tindakan yang cepat, tepat dengan hasil yang terukur. Tentunya itu semua didukung dengan koordinasi dan evaluasi kinerja yang rutin agar apa yang sudah direncanakan tercapai sesuai waktu, kuantitas dan kualitas yang diharapkan. Mari kita tunggu gebrakan nyata dari mereka berdua untuk mempercepat kemajuan pariwisata di Sumbar.
Semoga apa yang sudah diputuskan di MK itu adalah yang terbaik bagi kita semua. Selamat untuk Mahyeldi-Audy.
Posting:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H