Jurnal tujuan mulai dari jurnal tanah air yang sudah terindeks SINTA dari SINTA 6 sampai SINTA 1. Atau, dari Scopus Q4 sampai Q1. Berbarengan dengan itu, mempersiapkan jurnal-jurnal yang ada di kampus untuk siap diakreditasi oleh SINTA.
Entry levelnya di SINTA 6. Siapa tahu dengan sudah bagus manajemen jurnalnya, minta akreditasi bisa dapat SINTA 3, bahkan SINTA 2. Ada pelatihan untuk pengelola jurnalnya.
Tujuannya, supaya ada jurnal nasional yang nantinya masuk liga internasional (SINTA 1 artinya sudah Scopus, Sinta 2 sedang dibina untuk masuk SINTA 1 yang Scopus).
Jurnal dari Indonesia hasil binaan Dikti sudah banyak yang masuk Q3 bahkan Q2. Lalu, melakukan tandeminasi antara yang sudah skill dan berpengalaman menembus jurnal tertinggi kualitasnya dengan yang baru mulai belajar menulis publikasi. Nah, yang baru belajar menulis, bisa masuk di Jurnal SINTA 6, 5, 4, 3, 2 dulu.
Kedua; melakukan kolaborasi riset secara nasional/internasional dengan topik yang saling terkait dan mendukung. Bisa saja Engineering dengan Economic karena yang dianalisa selanjutnya adalah produk yang sudah didisain oleh Engineering.
Diharapkan dari sini publikasi hasil riset meningkat dari tahun ke tahun, baik secara kuantitas mauun kualitas. Tentu bagi yang sudah professor atau setingkat di bawahnya lektor kepala (setara dengan asisten professor) diharapkan menjadi team leader yang tepat dalam menggenjot kinerja penelitian di kampusnya.
Ketiga; melakukan implementasi, industrialisasi, hilirisasi, dalam bentuk produk yang langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Tentu, topik penelitian yang aplikatif menjadi suatu penilaian tersendiri.
Oh ya, semua orang bisa saja jadi Doktor tanpa harus menjadi dosen/peneliti. Tetapi, untuk mendapat pangkat sampai professor harus menjadi dosen/peneliti.
Harus ikut semua aturan main yang sudah ditetapkan oleh Dikti/Ristek! Hal ini penting untuk menepis tudingan bahwa kampus hanya mengejar publikasi untuk kepangkatan yang bersangkutan.
Sebentar! Kayaknya tidak segampang itu deh. Begini. Ada teman saya. Doktor. Punya publikasi jurnal dan buku. Saking lama dan susahnya menurus kepangkatan, sampai dia itu lupa kalau dia belum juga Asisten Ahli (AA). Saya panggil dia “capral”, calon kopral.
Bayangkan, masih ada 3 tanjakan cadas dan terjal; Lektor, Lektor Kepala, Guru Besar (GB). Ternyata tidak segampang yang diributkan orang! Saya besarkan hatinya. Tidak usah pikirkan kepangkatan. Tidak usah pusing pula dengan tidak adanya apreasiasi yang mungkin belum disadari oleh petinggi kampusnya.