Sama halnya bagaimana saya sejak 2 tahun lalu sudah mengedukasi teman saya itu. Anda bisa lihat sekarang, bagaimana positif dan pedulinya dia dengan masalah publikasi di negeri tercinta ini.
Pasti ada pertanyaan dari kita. Mengapa masalah publikasi di Indonesia selalu menarik untuk dipertanyakan? Mengapa ada sebutan jurnal abal-abal? Apa itu Scopus? Apa itu SINTA?
Mengapa biaya publikasi jurnal Scopus mahal, bahkan sampai belasan juta rupiah bahkan lebih? Mengapa ada insentif atau remunerasi bagi penulis yang publish di Jurnal Scopus, juga Sinta? Baiklah, saya coba jelaskan. Mudah-mudahan bisa mengcover semua pertanyaan di atas. Ada 2 alasannya di sini.
Pertama; bagaimana kampus memenuhi tuntutan dari Tri Darma Pergurung Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Di sini kita fokus ke penelitian saja, yang outputnya publikasi. Selain itu, bentuk lainnya adalah produk terapan (alat, formula, dll), buku, teori, HAKI, dsb. Karya ilmiah bisa dipublikasikan di jurnal internasional dan nasional.
Untuk jurnal internasional, ada namanya “indeks”. Semacam standard kualitas. Banyak sekali ragamnya. Salah satu yang jadi rujukan itu Scopus. Scopus adalah salah satu database (pusat data) sitasi atau literatur ilmiah yang dimiliki oleh penerbit terkemuka dunia Elsevier.
Selain itu, ada lagi WoS atau Web of Science, yang katanya lebih ketat lagi dari Scopus. WoS adalah layanan pengindeksan sitiran ilmiah yang saat ini dikelola oleh Clarivate Analytics (sebelumnya Thomson Reuters), yang menyediakan pencarian sitiran yang komprehensif.
Scopus dibagi atas 4 tingkatan. Disebut Quartile. Biasa disingkat Q. Mulai dari Q4 paling bawah sampai Q1 paling atas. Sederhananya begini. Misalkan ada 100 jurnal dalam suatu bidang ilmu, maka Q1 itu adalah peringkat 1-25, Q2 peringkat 26-50, Q3 peringkat 51-75, dan Q4 peringkat 76-100.
Untuk tingkat nasional, ada SINTA, yang sengaja dikelola pemerintah. Dalam hal ini DIKTI (pendidikan tinggi) di bawah Kemendikbud dan Kemenristek/BRIN. Tujuannya supaya ada jenjang liga publikasi jurnal di tingkat nasional.
SINTA ini mengambil data publikasi penulis dan afiliasianya (perguruan tinggi dan lembaga riset) dari Scopus, WoS dan Google Scholar. SINTA dibagi menjadi 6 tingkatan, Mulai dari SINTA 6 yang terbawah, sampai SINTA 1 yang tertinggi.
Jurnal nasional yang sudah mencapai SINTA 1 sudah merupakan jurnal internasional yang diindeks oleh Scopus. Pemerintah berusaha mengangkat jurnal nasional untuk naik kelas sampai ke SINTA 1.
Banyak pelatihan yang diberikan untuk pengelola jurnal tersebut. Maka, semakin banyak publikasi orang di kampus di jurnal Scopus dan semakin banyak juga kampus mempunyai jurnalnya yang diindeks oleh SINTA, maka akan semakin melejitkan peringkat kampus itu.