Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Doktrin Atas Vs Doktrin Bawah, Siapa Yang Menang?

25 Mei 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:03 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lembang, Bandung, May 24, 2013

Pertarungan Antara Doktrin Atas vs Doktrin Bawah selalu menjadi perdebatan yang sangat seru. Ini yang menimpa para militan, mahasiswa yang baru terjun di politik. Di mana selama mereka muda, menggebu-gebu nafsu nya. Mereka ingin sekali terjun bebas, tanpa persiapan yang matang, bahwa di dunia yang asli itu berbeda dengan apa yang ada di kampus.

Wild wild world, penuh dengan imin, dan pustun yang tidak dapat dihindarkan. Antara keseimbangan iman, doktrin atas versus imin dan doktrin bawah, yaitu doktrin alami.

Ini terjadi di depan mata kita, bagi para generasi muda mungkin sesuatu yang baru, buat seorang pensiunan tukang becak hal ini bukan sesuatu yang baru, mulai dari Angkatan 66, dimana mereka sebagian menjadi pemimpin muda orde baru, dan pemimpin reformasi.

Munculnya generasi reformasi muda, bercampur dengan generasi 66, terlihat ketidak siapan metal, para filsufus, pakar muda yang mengetahui dari buku suci ayat A sampai Z.

Dalam doktrin yang tertulis begitu Indah, dan Membuat Bulu Kuduk Berdiri dan menyerukan 'Tuhan Yang Maha Besar'

Berpikir bahwa filosufus, dan doktrin mereka itu sudah Jaminan Negara akan Makmur. Mereka lupa bahwa dunia ini, khusus nya Indonesia itu ada yang setelah dewasa menjadi Penjahat, atau memang hobinya berbuat jahat. Ada yang hobinya membasmi penjahat. ada yang hobinya membangun.

Keras nya hidup itu bukan, menimpa mereka sehingga secara mental mereka tidak siap. Ibarat becak sudah siap tetapi pengalaman mengendarai becak itu belum ada. Sedangkan nafsu menggenjot becak itu kuat, tetapi tenaga dan kemauan kurang.

Ini terjadi dalam kehidupan berpolitik, sehingga cara berpolitik mereka salah kaprah.

Yang menimpa salah satu partai penuh filsafat dan doktrin di atas, lupa bahwa didalam tubuh mereka ada yang disebut doktrin bawah.

Dengan mengabaikan dan menganggap sepele bahwa mereka itu sudah kuat doktrin atas nya, berpikir pengetahua tentang doktrin atas sudah otomatis membuat atau terlihat bahwa mereka sudah kuat.

Tak terasa, kekuatan doktrin bawah perlahan-lahan menyusup dan mengambil kontrol setiap kebijaksanaan kita dalam berpolitik. Yang terjadi adalah seperti membuat partai yang isi mukadimahnya menggunakan doktrin atas, tetapi dalam aplikasinya menggunakan doktrin ACDC. Antara atas dan bawah doktrin. Padahal doktrin bawah seharusnya bisa dikendalikan oleh doktrin atas, sesuai dengan rencana.

Karena Tidak Memiliki Fundamental Kedisiplinan, dan Konstan pengingatan, atau saling mengawasi. Maka terjadilah kolusi dan kompromi, saling memaafkan, saling bertawar-menawar, tanpa resolusi yang kongkrit.

Lahirlah kebijasanaan ACDC.

Contoh partai ACDC itu dapat terlihat dari apanya? Jika seseorang menannyakan.

Ini dapat dilihat dari RESULT, atau Hasil Kerja Nyata.

Partai ACDC, mengatkat seseorang Kompasioner mengatakan kepada saya, bahwa saya seorang Liberal, Sekuler, dan Pemeluk ACDC. bahwa partai nya adalah partai AC atau partai Atas.

Padahal masalah internal dan kelakuan para pengurus partai beliau sudah ada ditangan saya, berserta data2 yang lengkap, dan masih terus berkembang.

Jadi saya hanya memberikan jawaban kepada beliau, bahwa dalam waktu2 yang akan datang saya akan mengKontes semua langkah dari pihak partai anda. < dalam konotsi berPolitik tentunya>

Karena partai ini adalah partai ACDC, jadi jika kita memberikan kritik dan kontes setiap kebijaksanaan nya, jawaban mereka selalu berlindung dibelakang doktrin Atas. Padahal saat itu saya sudah dapat data2 yang trbali, dari klaim partai ini. Bahwa partai ini sudah Berubah arah, dan meleceng serta dikuasai oleh doktrin bawahnya.

Memang mungkin buat banyak orang saat itu, seolah- olah itu hanya gosip. Bagi pemimpin- pemimpin di atas mereka masih memiliki perasaan aman.
Mengapa?
1. Berpikir masih bisa dilindungi oleh pihak partai koalisi lainnya.
2. Berlindung dibalik Doktrin atas nya.
3. Berlindung dibalik jubah putih dan khotbah khotbah di hotel mewahnya.
4. Memiliki perlindungan dari pihak militer dan polisi.

Satu halmyang mereka tidak perhitungkan adalah kekuasaan doktrin bawah sudah tidak dapat ditutup-tutupi, seperti dalam istilah politiknya berjubah putih dengan berjalan dengan Kaki Tiga. Kaki yang ke Tiga itu akan terlihat didepan umm. Memang di belakang podium di hotel mewah tidak terlihat. Atau di dalam kaca mobil mewah hasil zakat tidak terlihat.
Tetapi tidak selamanya kaki Tiga itu akan tertutup selamanya.

Ibarat bajaj dengan ojek yang beroda dua, akan terlihat jika terjadi kemacetan. motor beroda dua akan mudah melewati sisi antara mobil yang ada. Sedangkan bajaj akan sangat sulit karena bentuknya sudah berubah dari roda dua menjadi roda tiga.

Lost in the mirror

Kadang kita sebagai manusia harus sekali waktu memandang tubuh kita di depan kaca, mulai dari kaki sampai ke kepala,untuk memastikan bahwa kita masih sama seprti dir kita 10 atau 20'tahun yang lalu.

Pemimpin partai ini sepertinya sudah lost in the mirror, dalam arti sudah lupa siapa sebenarnya dirinya. Bajaj atau sepeda motor. Manusia berkaki dua, atau manusia berkaki tiga. AC atau ACDC?

Setelah beberapa orang mulai menyadari anomali yang terjadi, dan mencoba mengatakan bahwa manusia ini kok kaki nya tiga?

Dengan bebal nya mereka marah, tidak karuan, menantang semua orang yang melihat pertumbuhan yang anomali dari tubuh mereka.

Seperti cult yang dihipnotis dengan mantra dan jampi, mereka mempertahankan diri bahwa di dalam tubuh mereka itu masih wajar. Tidak ada anomali atau pun kanker yang membuat manusia biasa menjadi manusia anomali atau freak.

Jika saja, mereka memandang di depan kaca, melihat sendiri. Apakah mereka akan lihat?
Belum tentu.

Sociopath

Sociopath adalah unsubs yang memandang diri mereka menurut apa yang ingin di lihat. Dalam arti they want to see, what they want to see.
Narcism adalah unsub yang memandang dirinya adalah yang terpenting. Individu ini berpikir dunia atau Indonesia akan hancur, atau umat kepercayaan nya akan hancur kalau dirinya itu mati atau tiada.

Padahal, behavior ini tidak berjalan overnight tetapi melalui proses peperangan antara doktrin Atas dengan doktri bawah, dimana akhirnya doktrin bawah yang menang.

Kini partai ini dan cyber armynya harus menelan kekalahan yang telak. Mereka memasuki 5 stages of grief.

Apa itu?
Menurut pakar Dr Christina Hibbirt seperti ini
Dealing with grief is no easy task. As someone well-acquainted with death and loss, I know firsthand. Loss visits us all in one form or another, and where loss is, grief is sure to follow. But, take it from me—the only way to deal with grief is to really deal with grief.

First, let’s just try to understand the grief process. As one expert has said, “Grief is the process that allows us to let go of that which was and be ready for that which is to come.”[i] That’s the purpose of grief work—it helps us move on. There are several models of grief that can provide a framework for what to expect and can help us “move on”. One of the most well-known models of is “The 5 Stages of Grief,” originally developed by the late (and great) Elizabeth Kubler-Ross. Most of us have heard of this model, but what do these stages really mean? Let’s take a look.

The 5 Stages of Grief
Denial
Anger
Bargaining
Depression

Dimanakah partai, kader2, serta cyber army nya berada?

Silahkan pembaca yang budiman yang mengambil kesimpulannya.

Salam ACDC

Jack Soetopo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun