Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\nā€ What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.ā€\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Rupiah Worthless: Jawaban untuk Irham Wp

19 Januari 2014   14:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa sebagian besar investasi portfolio asing keluar dari Indonesia?

Lucu sekali, jika alasan ini dijadikan sebagai penyebab pertama Rupiah melemah. Karena rupiah sudah lemah dari dulunya. Banyak pengamat ekonomi, missing the point, mengapa rupiah melemah. Alasan seperti diatas ini, tidak menjawab pertanyaan yang fundamental mengapa beberapa investor asing hanya menginvestasikan dananya di open market bond, and saham.

Jawaban yang sebenarnya menurut saya adalah Fundamental semua Negara yang maju, adalah Infrastruktur yang Modern, Kepastian Hukum Investasi yang Jelas, dan Bisa Dipercaya.
Contohnya, adalah seperti hari ini boleh investasi langsung, besok tidak boleh. Atau hari ini hanya penambang, besok harus menjadi penambang, dan pengolah hasil tambang, tetapi tidak bias menjual di pasar domestik. Lalu sudah disuruh mengolah, disuruh membuat pembangkit tenaga listrik sendiri, disuruh buat jalan sendiri, disuruh beli kapal pengangkut, disuruh membuat pelabuhan sendiri.

Dahulu, saya dan tim tidak hanya membangun semuanya, mulai dari jalur pengiriman exportnya, sampai ke hulunya, memang seperti mas Irham katakana itu gaya neoliberal. Tetapi pihak Indonesia, khususnya pemerintah Indonesia hanya mau terima mentahnya saja, lalu menggunakan tangan satu lagi, untuk menghujat upaya dan usaha pembangunan yang dibuat. Pemerintah Indonesia tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Hanya Modal tanah Negara, dan menunjuk itu Gunung siap di gali. Lalu ke gunung itu pakai apa? Kata pemerintah, pake uangmu sendiri, Pokoknya kami Minta Jatah, mulai dari ini dan itu, dan meminta anak-anak nya duduk di dalam perusahaan menerima kickback payment without doing anything.

Walaupun dengan perjanjian itupun, pihak saya, dan tim saya tetap setuju, karena saya tidak ingin melihat Indonesia seperti Mexico, atau lebih parah seperti Argentina, yang merasa diri mereka Kaya Raya, tetapi tidak pernah perduli kesejahteraan rakyatnya.

Padahal, Infrastruktur adalah memiliki tujuan mengangkat kesejahteraan rakyat, secara ekonomi, tentunya akan menguntungkan bukan saja pihak saya, tetapi seluruh rakyat Indonesia, dan seluruh dunia, karena rakyat Indonesia, semakin hari semakin bertambah, dan membutuhkan makanan, pendidikan, dan tempat tinggal, dan terutama Pekerjaan yang Memadai, which is Job that Pay their Bill. Bottom line GDP nya menjadi tinggi.

Kalau soal saham, bond market itu adalah hilirnya, bukan hulunya. Banyak para pengamat ekonomi, yang sekolah tinggi, seperti hidup di dunia yang berbeda. Pernyataan dan kritik ini pernah saya tayangkan didepan rapat para penasehat bapak Presiden Soeharto, Bapak Sri Sultan Hamengkoeboewono ke IX, dan didepan ahli ekonom handal seperti yang terhormat bapak Widjojo Nitisastro, dan bapak Soemitro Djojohadikoesoemo, mengenai Indosat, Pelucuran Satelit Palapa, kabel komunikasi bawah laut, Krakatau Steel, Bontang, Freeport, Pertamina, Pulau Button, PLN, dan infrastruktur jalur laut, darat, dan udara.

Jadi alasan mengenai QE dari pemerintah AS, adalah lagu-lagu yang digoreng, sebagai alasan dari para investors, hengkang dari Indonesia, and take their profit with them. Tetapi bagi, investor yang membangun Indonesia, secara nyata, dari hulu ke hilir, mereka justru tidak memiliki pemikiran seperti ini. Mereka adalah pekerja yang nyata, dan mencoba membangun secara nyata, bukan sekedar profit taking seperti alasan diatas.

Contohnya,
Astra International, Indo Mobil, Nissan Indonesia dengan perusahaan otomotif Jepang, Eropa, dan AS. Dan ratusan perusahaan asing yang bekerja sama dengan anak negeri membangun pabrik, finasial, asembli line, dan pertambangan di Indonesia.

Alasan Kedua, adalah faktor yang menyebabkan tingginya penawaran dan rendahnya permintaan atas Rupiah, adalah neraca perdagangan Indonesia yang defisit, ekspor lebih kecil daripada impor.

Alasan ini sangat clichƩ lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun