Muka saya sudah kena bogem mentah, dan di tusuk serta pukulan pipa.
Dengan darah mengucur, saya mencoba masuk ke mobil. Dan massa sudah banyak sekali sampai kaca mobil didepan saya pecah kena pukulan pipa dan batu.
Lalu saya dengan senang Hati, mengeluarkan FM 45, dari glove compartment, dan mulai menembaki dari dalam mobil, satu persatu kena tembak.
2 klip peluru sudah saya muntahkan, dan tanpa basa-basi lagi saya keluarkan M16, dan memuntahkan peluru yang besar ini satu persatu.
Mendengar peluru keluar dari dalam mobil, massa jadi bubar, sebagian merasakan nikmatnya peluru FN 45 , dan kini mereka mendengar rentetan M16.
Saya sudah merasa saya di hutan Papua yang penuh OPM. Jadi darah saya sudah terasa manis jadinya. Lalu saya keluar dari mobil, dengan tertatih2 mencoba mencari siapa yang berani mendekat.
Massa sudah bubar, hanya beberapa penumpang di mikrolet yang beku tak bergerak. Dan si supir sudah kabur. Tak jauh dari situ Polisi berdiri dengan bodohnya.
Dan saya melangkah kaki saya kearah Polisi dan beberapa Tekab. Yang terbengong saja. Saya arahkan laras M16 ke arah mereka. Tanpa sadar mereka mengeluarkan pistol nya.
Saya tertawa, dan berteriak kepada Polisi itu.
"Go Head, pull it, Bastard....Saya tidak takut hanya peluru 32 kaliber."
"Sekali saya semprot dengan M16, Kalian akan tembus dan tercabik-cabik peluru ini."