Mohon tunggu...
Jack Soetopo
Jack Soetopo Mohon Tunggu... -

Pensiunan Tk Becak, berasal dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang kini tinggal di Denpasar, Bali.\r\nemail jacksoetopo@gmail.com, jack.soetopo@facebook.com or Please dial (571) 306-1588 or tinggalkan Pesan...................\r\ndiscoveramericaindonesia.blogspot.com\r\njacksoetopo.newsvine.com\r\n” What we think determines who we are. Who we are determines what we do. The actions of men or women are the best interpreters of their thoughts.”\r\nOur Thought determine our destiny. Our destiny determines our legacy.By John Locke.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi: Jika Menjadi Presiden, Jakarta Benar-benar Dibenahi?

10 Maret 2014   18:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Faktanya Heri Budianto, mencoba menggalang, tabuhkan Spoiled Party seperti istilah Indonesianya, Poros Tengah, atau dalam bahasa politik Amerikanya, Penyembah Supporter Status Quo. Dengan mencoba berada dibalik survey yang dilakukan, seperti di tulis di Kompas.com oleh Ihsanuddin

dan editornya Wisnubrata, "Selama ini partai Islam diragukan, padahal kalau berkoalisi, sebagian besar masyarakat mampu untuk bersaing dengan partai nasionalis," kata Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto saat memaparkan hasil surveinya.

Dengan double down mengenai kasus kemenangan Gus Dur di pemilu 1999. Faktanya, tidak demikian, karena kepresidenan Gus Dur hanya seumur jagung.

Yang lucunya, setelah kemenangan yang diklaim beliau, mengenai poros tengah tidak terjadi dalam pemilu 2004, dan 2009. Justru Klaim Poros Tengah Memberikan Jawaban atas tuduhan bahwa Partai Calo Agama ini adalah bagian dari Skenario yang lebih Besar. Dimana, di Indonesia hanya ada 2 Partai, satu partai adalah Golkar, dimana Partai Calo Agama, ada didalamnya, lalu partai Demokrat Indonesia yang asli.

Kesimpulannya ini tidak dapat diambil jika pengamat hanya mengamatnya dari kurun waktu yang singkat. Untuk itu kita harus melihatnya dari awal Orde Baru, sampai Reformasi, dan kini lebih dari 15 tahun kemudian disebut Indonesia Abad 21.

Mengapa demikian?

Karena kemajuan teknologi, serta keterbukaan informasi, sehingga banyak pengamat amatiran, pengamat yang ingin tahu, dan para pengamat yang berpengalaman, yang bayaran, yang partisan bisa saling menguji teori mereka, atau mengambil kesimpulan terhadap kejadian-kejadian yang selama ini terjadi. Tidak seperti dulu, dimana TABU, dan PAMALI untuk Bertanya, Kritis, Menyangsikan pendapat pakar2 yang ada.

Kemajuan informasi tenknologi ini juga menjadikan wadah seperti Kompasiana, dimana Kompasiana menjadi Wadah bagi para pencari informasi, pemberi informasi, serta wadah dari para rakyat yang dahulunya tidak memiliki suara atau wadah mengeluarkan suaranya.

Tidaklah heran Kompasiana, menjadi terkenal sekali, bahkan pengunjung dari Amerika ada lebih dari 16 persennya kalau dihitung rata-rata perharinya.

Kembali ke Jokowi, dimana penulisan mengenai Jokowi, di Kompasiana sangat terbuka, ada yang pro dan ada yang kontra, ada yang SARA, seperti gerombolannya Raja Haji, dan kembarannya Aan, ada juga yang masih bingung.

Faktanya jika Jokowi menjadi Presiden Indonesia, Jakarta akan benar-benar dibenahi. Mengapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun