Mohon tunggu...
Jabalos Simbolon
Jabalos Simbolon Mohon Tunggu... -

Pandangan Peolotik. (Peol=melenceng otik=sedikit)

Selanjutnya

Tutup

Money

Bermula dari Sebatang Pohon...

7 Mei 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:21 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketiga lokasi ini ditanami pada Jumat, 3 Juli 2009. Di kampus UMPI, suasana sedikit beda karena ada mahasiswi. Ada aroma parfum, bedak dan lotion. Saat menanam, mereka suka menjepret pakai kamera ponsel. "Untuk foto fesbuk (facebook)," ujar Lia tertawa, mahasiswi semester 3 jurusan Akuntansi.

Aturan penghijauan kami berlakukan dengan tertib. Jumlah pohon yang dibawa ke lokasi sesuai lubang tersedia. Paling ada 3-5 pohon sebagai cadangan, jika rusak saat diangkut. Walau hanya 25 batang, tetap saja satu unit pick up melansirnya, begitu juga 1.000 batang. Ukuran lubang harus sesuai karena bibit sudah ber-polibag 2 kg dan tinggi 1,5 meter. Setiap menanam, kami selalu membawa cangkul dan tumbilang.

Setelah melakoninya dua pekan, semangat menanam pohon kian bertambah. Pada Jumat, 10 Juli 2009, penanaman di lokasi pinggir sungai di Medan Tuntungan. Jumlahnya 200 batang mahoni. Di sini, bisa sambil memancing di sungai atau kolam pancing. Lalu menggoreng ikan untuk makan siang. Enak dan gurih ikannya.

Karena merasa enjoy, Jumat berikutnya, penghijauan berpindah ke lokasi MAN 3 Medan sebanyak 50 batang dan 100 batang di perumahan Griya Albania III. Kedua lokasi ini dipisahkan jarak 30 kilometer. Sedikit mengejar waktu, agar rekan-rekan tidak terlambat sholat Jumat. Karena didasari niat, lelah pun jadi hilang.

Waktu terus berjalan, penghijauan di lokasi sekolah mulai mendapat respon. Telepon genggam saya berdering. Ketika dijawab, di seberang mengaku bernama Juliana. Ia merperkenalkan diri sebagai Kepala SMP dan SMA di Yayasan Perguruan Dharma Bakti Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Kali ini, respon datang dari luar Kota Medan. "Pak Jabalos, bolehkah bapak bikin penghijauan di sekolah kami?" tanyanya. "Dengan senang hati, Ibu Juliana. Boleh! Berapa bibit perlu?"

Juliana meminta 100 batang untuk beberapa jenis. Segera, saya minta rekan yang lebih cepat menjangkau sekolah itu. Dari info rekan itu, saya ketahui lokasi Dharma Bakti sangat memadai untuk 100 pohon. Juliana dan guru-guru di sana mempersiapkan denah penanaman. Mereka sesuaikan dengan master plan pengembangan yayasan. Kami sepakat penanaman 31 Juli.

Karena terbatas waktu menjemput bibit secara langsung ke persemaian, saya kirim SMS ke Mulyanto, supir pick up yang tak kenal lelah itu. Rupanya, isi SMS saya kurang tepat (kalau tak mau disebut salah). Perasaan saya, telah meminta bibit dengan rincian, mindi 15 batang, sono keling 35 batang, bunga tanjung 10 batang dan mahoni 45 batang. Jadi jumlahnya 105 batang termasuk cadangan jika ada yang rusak.

Rupanya, setelah Mulyanto tiba di titik kumpul, mahoni hanya 5 batang. "Kok, cuma lima batang mahoninya Bang Mul," tanya saya heran. "Tapi lima yang diminta," jawabnya. Ia pun menunjukkan bukti SMS di ponselnya, memang benar tertulis 'mahoni 5 btg'. Saya pun memeriksa kotak pesan terkirim di ponsel, ternyata benar saya kurang cermat. Angka 4 tidak terketik bersama angka 5, sehingga bibit langsung minus 40 batang. Kami tertawa terbahak-bahak.

Menjemput tambahan bibit ke persemaian, butuh waktu 1,5 jam. Kesimpulannya, kami teruskan perjalanan ke Yayasan Dharma Bakti. Mengenai kekurangan bibit 40 batang, saya antar secara khusus tiga hari kemudian.

Rupanya di sana, murid-murid mulai TK sampai SMA sudah siap menanam. Juliana pun membuat pengumuman dari pengeras suara. Anak-anak turun ke lapangan. Miss Lismawati Nainggolan, memandu anak TK. Mereka berjalan mengular dari ruangan, dua tangan memegang bahu anak di depannya. Kemudian mereka berbaris dengan rapi di lapangan.

Miss Juliana pun meminta saya menjelaskan soal penanaman pohon itu kepada anak didiknya. Saya tertawa mendengar pengantar "Sekarang, anak-anak bersiap mendengar pengarahan dari Bapak Jabalos Simbolon."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun