Dan terakhir, ini sungguh sangat menyakitkan, sebab PakLik kami yang lain yang sehari kadang-kadang bisa makan, tinggal di rumah dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu (jika itu masih bisa disebut sebagai rumah, sebab bentuknya tidak berbeda dengan kandang kerbau) hanya menjadi tontonan PakDe, tanpa PakDe berbuat apapun, dan yang sungguh menyedihkan PakDe hanya bisa melambai-lambaikan tangan.
Padahal dahulu, sahabat Umar bin Khottob rela mengurangkan jatah makannya, dan memanggul karung makanan tersebut untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan.
Mengapa PakDe tidak mau mencontohnya ?
Atau paling tidak PakDe mau mengurangkan nikmat PakDe sedikit saja, dan dibagikan kepada PakLik-PakLik kami.
Kalaupun itu tetap tidak bisa, kami hanya meminta bukan memohon, agar PakDe jangan lagi merepotkan kami.
Duh Gusti,
Ampuni dosa-dosa saya, sebab saya telah berghibah yang cenderung membuka aib PakDe, dan kuatkanlah PakLik-PakLik kami agar tetap istiqomah dan sabar dengan rasa syukur yang tak terhingga.
Semoga pula anak-anak kami yang sudah tertinggal jam sekolahnya, agar lebih mampu menyerap ilmu-ilmu yang bermanfaat, jangan sampai meniru hal-hal yang tidak bermanfaat, berilah anak-anak kami kecerdasan, yang kelak jika jadi pemimpin mampu memberi tauladan Akhlaqul Karimah.
Kemudian, kepada PakLik-PakLik kami yang kadang-kadang tidak makan, berikan mereka kekuatan agar lebih mampu mengais rizki yang halal, dan mudahkanlah rizki mereka, agar tidak menjadi tontonan lagi dan mampu menjadi tuntunan.
Kudus-Demak-Semarang, 13 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H