Keindahan alam Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, khususnya di lereng Gunung Ciremai, menyimpan kisah sejarah yang menarik. Di Dusun Cipari, di tengah suasana alam yang tenang, terdapat situs purbakala yang menjadi saksi kehidupan manusia sejak 3500 tahun Sebelum Masehi. Berbagai temuan penting dari masa lalu ini akhirnya dikumpulkan dan diabadikan dalam Taman Purbakala Cipari, sebuah museum dengan desain unik yang menyatu dengan keindahan alam sekitar.
Awalnya, lahan tempat situs ini berada adalah milik seorang pria bernama Wijaya. Pada tahun 1971, di lokasi yang terletak sekitar 4 km dari pusat kota Kuningan, ditemukan batuan dengan bentuk unik secara tidak sengaja. Batu-batu pipih tersebut memiliki kemiripan dengan koleksi yang dipamerkan di Paseban Tri Panca Tunggal, sebuah situs budaya di Kuningan. Penemuan ini segera dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Penelitian lebih lanjut pun dilakukan oleh Pangeran Djatikusumah.
Satu tahun kemudian, penemuan lebih besar terjadi. Struktur batu yang tertata menyerupai peti mati ditemukan di lokasi tersebut, memperkuat dugaan bahwa situs ini dulunya merupakan area pemakaman kuno. Penggalian lebih dalam dilakukan pada tahun 1975, menghasilkan temuan berharga seperti peti batu berisi benda-benda kuno, termasuk kapak batu, gelang batu, serta gerabah yang digunakan sebagai bekal kubur. Temuan-temuan ini menjadi dasar bagi pendirian museum di lokasi tersebut setelah penggalian menyeluruh dilakukan.
Untuk menjaga serta memamerkan benda-benda bersejarah yang ditemukan, pada tahun 1976 dibangunlah sebuah museum dengan desain khas. Bangunan ini berbentuk oval memanjang dan menghadap ke barat daya-timur laut. Jendela kaca berbentuk persegi menghiasi sekeliling bangunan, sementara pintu utama terletak di bagian tenggara. Atapnya yang berbentuk seperti perahu terbalik dan terbuat dari ijuk, memberikan kesan tradisional yang khas. Sebuah teras dengan tiga anak tangga di bawah atap semakin memperindah arsitektur museum ini.
Setelah dilakukan berbagai penelitian dan upaya pelestarian, pada tanggal 23 Februari 1978, Taman Purbakala Cipari resmi dibuka untuk umum. Peresmian dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. Dr. Syarif Thayeb, sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan budaya bangsa.
Koleksi Museum Taman Purbakala Cipari Warisan dari Dua Zaman
Selain itu, terdapat berbagai monumen batu seperti altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan batu dakon, yang dahulu digunakan dalam berbagai ritual keagamaan serta penghormatan kepada arwah leluhur. Sementara itu, di dalam museum tersimpan koleksi artefak berharga, termasuk kapak batu, gelang batu, kapak perunggu, dan gerabah, yang menjadi bukti kemajuan teknologi pada masa itu.
Taman Purbakala Cipari sebagai Destinasi Wisata
Selain mengunjungi museum, ada beberapa hal menarik lainnya yang dapat dilakukan di Taman Purbakala Cipari. Pertama, melihat langsung peti kubur batu, yang pada masanya digunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi penduduk zaman dulu. Di dalam peti tersebut, biasanya ditemukan berbagai peralatan seperti gerabah, kapak batu, serta perhiasan yang ikut dikubur bersama pemiliknya.
Kedua, mengunjungi Batu Temu Gelang, yaitu kumpulan batu yang disusun membentuk lingkaran dengan area kosong di tengahnya. Lokasi ini diyakini dulunya digunakan sebagai tempat berkumpul atau bermusyawarah.