Aceh sebagai pelopor dengan didirikan PT ADI (Acheh Destilling Industries) di Tapaktuan pada 1970-an, memperkenalkan alat paling modern dalam proses penyulingan minyak pala di Indonesia, yang teknologinya kini banyak diadopsi oleh para pengusaha pala.
Penelitian sosial ekonomi masyarakat tentang petani pala oleh Kumba (1984), keuntungan ekonomi pala bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi beberapa petani di Aceh Selatan bahkan mampu membiayai pendidikan anaknya sampai pascasarjana.
Sejak 1990-an kebun pala di Aceh mengalami masalah serangan hama dan penyakit, cabang dan pucuknya kering dan beberapa hari kemudian langsung mati. Hama penggerek batang dan bubuk cabang serta jamur menyerang tanaman pala. Kelihatan seperti tanpa obat manjur menahan laju kehancuran pala. Produksi minyak, biji dan fuli menurun.
Namun dewasa ini wilayah Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya sudah mulai melakukan upaya budidaya kembali tanaman pala, bersamaan dengan tanaman Nilam yang sama-sama menghasilkan minyak Atsiri yang punya nilai jual tinggi di pasar internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H