Melihat fenomena di atas, mungkin hal tersebut menjadi alasan bagi Golkar untuk mendukung Prabowo sebagai capres bersama dengan PAN. Golkar tidak ingin bernasib sama dengan NasDem dengan mengambil resiko mendukung Anies. Namun di sisi lain Golkar juga seakan sudah tidak nyaman berada dalam hegemoni PDI-P sebagai partai yang telah berkuasa selama satu dekade terakhir r.
Masuknya Golkar dan PAN dalam koalisi bersama Gerindra dan PKB adalah salah satu upaya atau strategi alternatif untuk membentuk pemerintahan baru di luar dominasi PDI-P yang makin kuat di kancah politik Indonesia.Â
Dengan bergabungnya Golkar, PAN dan PKB yang notabene dulunya adalah koalisi pengusung Jokowi bersama Gerindra, menjadikan jalan Ganjar Pranowo untuk terpilih sebagai presiden tidak akan semudah Jokowi. Â Koalisi yang terpecah ke tiga kubu dan tiga pasangan calon membuat PDI-P tidak akan dengan mudah mengulang kesuksesan cerita Jokowi terpilih.
Ada semacam keresahan di partai-partai pengusung Jokowi dulu bahwa PDI-P mampu mendulang peningkatan elektabilitas, sementara partai-partai lain yang tergabung dalam koalisi justru menurun.
Bergabungnya Golkar bersama Gerindra, PKB dan PAN mendukung Prabowo sebagai capres adalah bahasa isyarat yang bisa diartikan bahwa sebenarnya partai-partai ini menunjukkan keinginan terciptanya sebuah rezim pemerintahan baru yang tidak lagi didominasi oleh kedigdayaan PDI-P.
Selain menunjukkan isyarat menginginkan tatanan pemerintahan yang baru, faktor hubungan emosional dengan Prabowo Subianto yang telah terjalin lama dengan Partai Golkar menjadi alasan yang rasional mengapa Partai Golkar akhirnya memilih mengusung Prabowo Subianto di pilpres 2025 nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H