Mohon tunggu...
Jaahil Murokkab
Jaahil Murokkab Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya satu yang bisa benar-benar aku pahami dari hidup ini, bahwa aku semakin memahami ketidak-pahaman,\r\n\r\nSuatu saat kita semua akan berteriak,\r\nBahwa Kitalah Penjahatnya...!!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Potong Tangan Sendiri Untuk Bertahan Hidup

6 Maret 2012   23:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:25 3656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


Apa yang akan terjadi jika anda mengamputasi tangan sendiri demi bertahan hidup?? itulah yang dilakukan Aron Ralston, seorang pegawai toko Ute Mountaineer, yang menjual alat-alat mendaki gunung.

Aron yang maniak mendaki seorang diri, sebelumnya sudah mencapai 55 puncak pegunugan Colorado dengan ketinggian 14ribu kaki, dan 45 di antaranya ia daki seorang diri.

Bagi Aron mendaki sendirian adalah tantangan yang memacu adrenalinnya. Itu sebabnya ia pun emoh ngasih tahu siapa pun, termasuk ibunya ke mana ia pergi, ngeri dilarang.

Tapi itulah… Kesombongannya berujung musibah. Ketika Aron berpetualang ke Canyonlands National Park dengan truk, dilanjutkan naik sepeda, lalu berjalan kaki, hingga canyoneering atau merayap di celah-celah sempit dua tebing batu, ia kena batunya. Aron terjatuh ke dalam celah sempit bersama sebongkah batu 360kg yang langsung menjepit tangan kanannya di dinding tebing!

Dasar orang yang senang tantangan, dalam kondisi begini pun Aron masih bisa berpikir jernih dan memikirkan 4 rencana untuk bertahan: 1. Berteriak minta tolong dan berharap ada yang mendengar (kemungkinannya kecil sekali) 2. Mengungkit batu agar bisa mengangkat tangannya. 3. Mengikat batu dengan tali yamg dikaitkan di atas tebing untuk menariknya, 4. Memotong tangannya.

Semua cara (kecuali nomor 4) sudah diupayakannya. Namun hasilnya nihil. Siang-malam hingga hari kelima Aron masih hidup walau lemah. Ia pun terpaksa meminum air seninya sendiri untuk bertahan hidup. Dan Aron membuat dokumentasi dengan video cameranya, berpamitan pada orangtuanya, kalau itulah waktu kematiannya.

Hingga di hari keenam, Aron tak punya pilihan lain, ia memutuskan mengamputasi tangan kanannya! Huwidiiih… Menggunakan alat multi tool (pisau Swiss ala Mac Gyver) murahan buatan Cina yang ternyata tak tajam, Aron berusaha memotong tangannya di bawah siku. Gagal!

“Pelajarannya adalah, jangan beli barang buatan Cina, kualitasnya jelek,” Aron bahkan masih bisa berkelakar.

Karena terbentur tulang lenganlah, pisau tumpul itu tak mampu memotong. Nekad, Aron mematahkan dua tulang lengan kanannya, dengan menekannya ke batu. Begitu patah, selama 1 jam ia memotong tangannya itu hingga putus!!!

Kemudian ia merawat lengannya dengan peralatan P3K seadanya, membungkus dengan baju dan masih harus mendaki untuk keluar celah sempit. Sempoyongan Aron berjalan dan bertemu sekeluarga petualang dari Belanda yang membantunya. Aron memutuskan terus berjalan, kendati sempoyongan, sampai sebuah helicopter menjemputnya.

Kini bahkan dengan satu lenganpun Aron masih menjadi pendaki yang handal dan pantang menyerah. Tapi Aron mendapatkan sebuah pelajaran mahal, bahwa ia harus memberitahukan orang-orang ke mana ia pergi.
Ya. Jangan pernah menyerah. Sebesar apapun tantangannya, sebesar apapun masalahnya, sebesar apapun halangan yang menimpa diri kita. Film 127 Hours benar – benar menyentuh hati. Bagaimana perjuangan selama 127 jam untuk melepaskan diri terjepit diantara batuan canyon.
Film yang mengambil dari kisah nyata Aron Ralston. Seorang petualang yang suka pergi sendiri berpetualang baik itu hiking, mendaki, dan sebagainya. Naas bagi Aron yang saat itu tidak sengaja menarik sebuah batu yang dijadikannya pegangan. Dan dia pun terjatuh diantara sela – sela kanyon. Dan tangannya terjepit batu tersebut.
Selama 5 hari, dengan sebungkus makanan dan air yang mulai menipis. Dirinya sempat menyerah terhadap musibah tersebut. Karena tidak ada cara lain untuk melepaskan diri dari batu tersebut. Dengan peralatan terbatas, tanpa alat komunikasi, dan dirinya pun juga tidak bisa mendorong atau mengeruk batu tersebut sedikit demi sedikit.

Hari – hari yang dilalui dia mencoba untuk mendokumentasikannya dalam rekaman kamera videonya. Hingga baterai kamera tersebut habis. Dan saat itulah dia pasrah.
Beberapa hari yang dia lalui selalu hadir halusinasi keluarga, teman dekat dan juga mimpinya memiliki seorang anak laki -laki.
Sungguh, film tersebut sangat menyentuh buat saya. Apalagi diakhir dari film tersebut. Ternyata dia pantang menyerah dan masih meneruskan petualangannya meski tangan kanannya digantikan dengan hook seperti bajak laut.
Dan diapun selalu menuliskan pesan setiap petualangannya itu.
Pesan:
Janganlah pernah menyerah. Sebesar apapun masalah yang kamu hadapi di dunia ini. Karena setiap cobaan pasti ada hikmahnya dan cobaan itu merupakan teguran dan perhatian Allah SWT kepada dirimu. Allah SWT tidak pernah ingin menyakiti hambanya kecuali hambanya berbuat salah kepadaNya.
Download Files: Part 1 - Part 2 - Part3
Download Subtitle Indonesia: Klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun