5) Kualitas materi, tidak semua materi pembelajaran jarak jauh dibuat dengan standar yang sama, sehingga ada risiko kualitas pendidikan yang tidak merata.Â
6) Keterbatasan Praktikum dan Hands-on Learning, jika ada bidang studi yang memerlukan praktikum laboratorium atau pembelajaran langsung (hands-on) mungkin akan sulit untuk dilakukan secara efektif secara daring karena kurang leluasanya seorang dosen dalam menjelaskan apa yang harus dipraktikkan dan dicontohkan langsung kepada mahasiswa, terlebih lagi jika praktik tresebut menggunakan media ajar atau alat bantu yang mempunyai ukuran tertentu.
Jika dilihat dari segi sosialnya, mahasiswa dapat merasa terisolasi dan kurang terhubung dengan komunitas akademik seperti dosen, staf / karyawan serta teman sekelas mereka.Â
Selanjutnya, apabila ditinjau dari lingkungan belajarnya seperti di rumah atau tempat lain yang tidak terstruktur dapat meningkatkan kemungkinan gangguan yang menghambat konsentrasi mahasiswa saat proses pembelajaran berlangsung. Terakhir, tidak semua dosen terbiasa atau terlatih untuk mengajar secara efektif dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh, artinya masih banyak dosen yang belum bisa dan belum terbiasa beradaptasi dengan situasi mengajar seperti itu.
Referensi:
Borisova, O. V., Vasbieva, D. G., Malykh, N. I., Vasnev, S. A., & Brov, J. (2016). Problem of Using Innovative Teaching Methods for Distance Learning Students. Mathematics
Dede, C. (1991). The Evolution of Distance Learning: Technology-Mediated Interactive Learning. 1--23.
Holden, J. T., & Westfall, P. J.-L. (2008). AN INSTRUCTIONAL MEDIA SELECTION GUIDE FOR DISTANCE LEARNING. 1--35.
Thoms, B., & Eryilmaz, E. (2014). How media choice affects learner interactions in distance learning classes. Computers & Education, 75, 112--126.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H