Sumber air panas ini oleh penduduk setempat dinamakan Sipatan Lotup yang artinya air mendidih. Keunikan sumber air panas Sipatan Lotup ini berasal dari mata air yang di panaskan oleh panas bumi (geothermal) dengan temperatur 52-55 derajat Celsius.Air panas Sipatan Lotup termasuk andalan wisata kabupaten Sanggau, yang lokasinya terpencil sehingga belum banyak dikunjungi turis. Â Kedepannya sumber air panas ini dapat dikembangkan berupa tempat pemandian air panas, sarana dan prasarana lainnya, tempat parkir tempat penggantian pakaian, warung rakyat, pendopo, dan taman bermain seperti di Ciater ,dekat kota Lembang Jawa Barat.
Gunung Tiong Kandang
Gunung Tiong Kandang merupakan salah satu objek wisata alam yang  terletak di Dusun Mangkit dan Dusun Mak Ijing dengan jarak 83 km dari kota Sanggau, dapat ditempuh dengan kenderaan roda dua atau roda empat melalui Dusun Mangkit. Objek wisata gunung Tiong Kandang terdapat lokasi air terjun yaitu air terjun Kajang memiliki tiga tingkatan yang terletak disebelah utara Dusun mangkit dan air terjun Nosok dengan ketinggian 6 meter terletak di sebelah selatan Dusun mangkit,dan terdapat batu berbentuk kulintang serta batu pengasih di puncak gunung Tiong Kandang.
Dengan tetap menjaga keseimbangan antara pola pengembangan dan karakteristik ekologi atau lingkungan alam dan budaya yang dimiliki, perekonomian lokal bisa ditingkatkan untuk kesejahteraan rakyat seperti: home stay, sarana dan prasarana camping ground, taman safari, penjelajahan, penelitian, dan outbond. Gunung Tiong Kandang pada bulan Agustus 2008 Â sudah pernah di kunjungi oleh delegasi Dinas kehutanan Kanada dan Amerika Serikat.
Sekarang dengan adanya Jembatan Tayan, jarak tempuh dari Tayan ke Pontianak bisa dicapai dalam waktu 3 ( tiga ) jam karena tidak memerlukan ferry penyeberangan yang tidak jelas jadwalnya ,biasanya harus menunggu muatan mobil atau motor penuh dahulu baru berangkat. Jembatan Tayan yang indah memang akan menjadi tujuan wisata masyarakat Kalimantan Barat maupun turis mancanegara, tetapi banyak yang merasa sayang kenapa kunjungan Presiden Jokowi kali ini terlalu singkat dan dilakukan melalui Helikopter saja.
Infrastruktur jalan dan harga komoditi karet
Seandainya kunjungan Presiden Jokowi dilakukan via jalan darat tentu saja baik Gubernur maupun Bupati kabupaten yang dikunjungi akan serba salah dan kehilangan muka. Para pengawal Presiden akan sibuk berhubungan dengan protokol Provinsi atau Kabupaten hanya untuk urusan jalan darat yang sejarah rusaknya sudah kronis, bertahun tahun tanpa ada perbaikan yang memadai. Memang tidak semua jalan dari kota Pontianak ke kota Sanggau yang jaraknya sekitar 200 km  rusak semuanya, hanya sepotong -sepotong saja seperti antara Simpang Ampar - Sosok yang jaraknya 40 km harus ditempuh  dalam waktu 1,5 atau 2 jam.
Padahal kalau jalan tsb. tidak rusak hanya memerlukan waktu tempuh 40 menit saja kalau kecepatan mobil 60 km/jam. Begitu juga potongan jalan antara Engsiluk ke kota Sanggau yang jaraknya hanya 15 km rusak parah dan perlu waktu 1 jam 60 menit untuk menempuhnya. Jarak kota Pontianak -Sanggau yang hanya 200 km memerlukan waktu tempuh 5 - 6 jam dan sangat melelahkan. Jalan ekonomi yang rusak selain membuang waktu dan tidak enak bagi pemakai jalan juga menyebabkan biaya ekonomi tinggi. Kendaraan cepat rusak dan ongkos perawatan meningkat.Â
Apabila ada kendaraan truk yang patah as dan mogok ditengah jalan akan menghambat kendaraan yang harus antri dibelakangnya. Jalan Pontianak - Sanggau via Simpang Ampar ,selain merupakan jalan antar negara untuk ke Malaysia dan Brunai, juga  dilewati oleh para Bupati Kab Sanggau, Kab Sekadau, Kab Sintang, Kab Melawi, Kab Putussibau dan sekarang  dengan adanya jembatan Tayan mungkin ditambah dengan Kab Ketapang dan Kab Kayong Utara. Bayangkan ada tujuh Bupati atau Kepala daerah yang melewati jalan tsb. tetapi nasibnya tetap merana bikin susah dan tidak enak para pemakainya. Jadi sayang sekali, kenapa kunjungan  Presiden Jokowi tidak diatur oleh protokol untuk meninjau via jalan darat ,sehingga bisa  ada solusi untuk memperbaiki jalan ekonomi tsb.
Produksi Pertanian yang utama kab Sanggau adalah komoditi Sawit dan Karet yang saat ini terjun bebas harganya akibat dampak menurunkan harga ekspor di negara industri seperti China dan India. Bayangkan, harga karet hanya Rp.5.000,-/kg tidak cukup untuk membeli beras yang harganya sekitar Rp.12.000,-/kg. Padahal, lima puluh tahun yang lalu ketika masih ada perdagangan natura barter, 1 kg beras bisa ditukar dengan 1 kg karet.Â
Jadi penduduk atau penyadap karet semakin miskin dengan jatuhnya harga komoditi tsb. dipasar dunia. Sekali lagi, seandainya Presiden Jokowi yang hobby blusukan dan sempat berdialok dengan petani karet, tentu saja akan ada jalan keluarnya. Misalnya, Presiden bisa menginstruksi kepada Bulog untuk menampung karet rakyat dengan harga dasar  misalnya seharga sekilo beras kemudian menyimpan di gudang para eksportir yang biasanya berlokasi di Pontianak sambil menunggu harga membaik. Atau bisa juga menginstruksi salah satu BUMN mendirikan pabrik Ban sepeda motor atau Ban mobil yang bahan baku utamanya adalah karet sehingga komoditi tsb. mempunyai nilai tambah.