Mohon tunggu...
Izzul Islam
Izzul Islam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahsiswa

Olah raga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Parmenides

10 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Parmenides lahir di kota Elea di Italia Selatan sekitar tahun 515. Tahun ini dapat ditentukan atas kesaksian Plato yang menceritakan bahwa Parmenides pada usia 65 bersama dengan muridnya Zeno berkunjung ke Athena di mana ia bercakap-cakap dengan Sokrates yang masih muda pada waktu itu. Mungkin dalam masa mudanya ia menganut ajaran Pythagorean. Ada kesaksian pula bahwa Parmenides memberi undang-undang kepada kota Elea.

Parmenides mengarang filsafatnya dalam bentuk puisi. Di kemudian hari Empedokles akan meniru bentuk literer ini, tetapi selain itu puisi tidak dipilih lagi oleh orang Yunani untuk membahasakan pikiran filsafat.

Syair Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian, yang masing-masing disebut jalan kebenaran dan jalan pendapat. Prakata dan bagian pertama hampir lengkap disimpan, yaitu 111 ayat. Dari bagian kedua kita hanya mempunyai 42 ayat saja: menurut dugaan H. Diels itulah sepersepuluh dari teks asli. Dengan meniru gaya bahasa yang lazim dalam Orfisme, dalam prakata ia melukiskan bagaimana ia diantar ke istana Sang Dewi. Dengan itu, ia berbalik dari kegelapan menuju terang. Sang Dewi menyatakan segala-galanya kepadanya dengan melukiskan kedua jalan tersebut.

Pemikiran Parmenides adalah kebalikan dari pikiran Herakleitos. Bagi Herakleitos realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain daripada gerak dan perubahan. Bagi Parmenides gerak dan perubahan tidak mungkin. Menurut dia realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak atau berubah. Atas cara bagaimana Parmenides mencapai kemandirian ini?

Seluruh jalan kebenaran bersandar pada satu keyakinan: yang ada itu ada, what is, is. Itulah kebenaran. Sama sekali mustahil memungkiri kebenaran itu. Coba kita bayangkan saja apakah konsekuensinya, bila orang memungkiri kebenaran itu. Ada dua pengandaian yang mungkin. (1) Atau orang bisa mengemukakan bahwa yang ada itu tidak ada. (2) Atau orang bisa mengemukakan bahwa yang ada serentak ada dan serentak juga tidak ada. Tetapi kedua pengandaian itu sama-sama mustahil. Pengandaian pertama harus dianggap mustahil, karena yang tidak ada justru tidak ada. Yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. Orang yang mengatakan, Realitas seluruhnya terdiri dari kenyataan bahwa tidak ada sesuatu pun, jatuh dalam kontradiksi yang paling besar. Pengandaian kedua sama saja dengan pendapat Herakleitos, tetapi pengandaian ini juga harus disebut mustahil. Karena pengandaian ini menerima pengandaian yang pertama tadi bahwa yang ada tidak ada. Itu selalu harus ditolak. Yang ada ada dan yang tidak ada tidak ada. Antara dua pernyataan tidak terdapat jalan tengah. Karena yang ada ada, akibatnya tidak pernah mungkin menjadi yang tidak ada. Sebaliknya, karena yang tidak ada tidak ada, akibatnya tidak pernah mungkin menjadi yang ada. Jadi, harus disimpulkan bahwa yang ada itu ada. Itulah satu-satunya kebenaran. Yang tidak ada tidak mungkin merupakan objek bagi pemikiran kita dan kita tidak bisa berbicara tentangnya.


Kebenaran yang diuraikan di atas mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang tidak kecil:


1) Pertama-tama, yang ada adalah satu dan tak terbagi: pluralitas (kejamakan) tidak mungkin. Tentu saja, karena tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan yang ada.


2) Berikutnya, yang ada tidak dijadikan dan tidak akan dimusnahkan; dengan kata lain, yang ada bersifat kekal dan tak terubahkan. Karena, seandainya ada perubahan, itu berarti bahwa yang ada menjadi yang tidak ada atau yang tidak ada menjadi yang ada. Nah, itu sama sekali mustahil. Jadi, perubahan tidak mungkin.

3) Lantas harus dikatakan bahwa yang ada itu sempurna. Tidak ada sesuatu yang dapat ditambah padanya dan tidak ada sesuatu yang dapat diambil darinya. Walaupun Parmenides sendiri tidak memakai kata sempurna, maksudnya memang begitu, bila ia mengatakan bahwa yang ada itu serba lengkap bagaikan bola yang jarak-jaraknya dari pusat ke permukaan semua sama. Yang ada itu bulat, sehingga mengisi semua tempat.


4) Karena yang ada mengisi segala tempat, kita harus menarik kesimpulan bahwa menurut Parmenides tidak ada ruang kosong. Karena, Menerima ruang kosong berarti menerima juga bahwa di luar yang ada itu masih ada sesuatu yang lain. Akibatnya, gerak tidak mungkin. Karena, apakah yang terjadi jika suatu benda bergerak? Dengan bergerak suatu benda menduduki tempat yang tadinya kosong. Menerima adanya gerak dengan sendirinya berarti pula menerima adanya ruang kosong.


Setelah menguraikan pikiran Parmenides dalam jalan kebenaran, kami menambah beberapa catatan. Sudah nyata bahwa Parmenides menyadari perbedaan antara pengetahuan rasional dengan pengetahuan inderawi. Lalu jelas juga apabila kedua jenis pengetahuan itu bertentangan yang satu dengan yang lain, Parmenides berpihak pada rasio (dengan jelas sekali ia memakai kata logos dalam arti rasio). Menurut kesaksian panca indera rupa-rupanya terdapat pluralitas dan perubahan dalam dunia sekitar kita. Tetapi atas dasar pengertian yang dibawa oleh rasio, Parmenides menyimpulkan bahwa kesaksian itu tidak dapat diterima.


Parmenides juga menemukan aktivitas khusus dari rasio. Rasio menyatakan yang ada. Dengan itu rasio menyatakan sesuatu yang mutlak atau absolut. Tetapi Parmenides tidak menyadari bahwa dengan mempergunakan kata ada itu ia mencampurkan dua arti. Kata kerja einai (ada) dalam bahasa Yunani dapat dipakai sebagai kata kerja penghubung dan sebagai kata kerja begitu saja. Sebagai kata kerja penghubung ada dipakai dalam kalimat berikut ini misalnya: John adalah anak yang pintar (John is a clever boy). Tetapi artinya berlainan dalam kalimat seperti misalnya: John ada (John exist). Arti pertama menunjukan apa-nya John itu (what John is) dan arti kedua menunjukkan bahwa John ada (that John ia/exist). Parmenides tidak melihat perbedaan ini.

Pikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani. Boleh dikatakan bahwa ia menemukan metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki yang ada. Filsafat selanjutnya akan bergulat dengan problem-problem yang dikemukakan oleh Parmenides, yaitu bagaimana rasio dapat dicocokan dengan data-data pengetahuan inderawi. Baru Plato dan Aristoteles akan berhasil memberikan pemecahan untuk problem-problem ini.

Jalan pendapat (doxa) melukiskan susunan kosmos. Parmenides mengatakan bahwa jalan ini merupakan jalan sesatan yang terdapat pada makhluk-makhluk insani. Kosmologi yang diuraikan dalam bagian syair Parmenides ini bersandar pada dua prinsip: yang gelap dan yang terang. Jadi, dalam bidang kosmologi Parmenides menganut prinsip-prinsip yang berlawanan, seperti juga pendahulu-pendahulunya sejak Anaximandros. Kita tidak akan memandang seluk beluk mengenai kosmologi Parmenides ini. Lebih penting kita memperhatikan persoalan yang muncul di sini. Karena, ternyata jalan pendapat mengandaikan adanya perubahan dan pluralitas, sedangkan menurut jalan kebenaran perubahan dan pluralitas tidak mungkin. Persoalan ini termasuk masalah yang terbesar dalam sejarah filsafat prasokratik. Banyak teori telah dikemukakan untuk mendamaikan kedua jalan itu. Kami menyebut dua percobaan yang telah diusahakan untuk memecahkan persoalan ini.

1) Anggapan yang boleh disebut tradisional, mengatakan bahwa jalan kebenaran berlaku bagi rasio. Pada taraf ini harus diakui bahwa perubahan dan pluralitas tidak mungkin. Jalan pendapat berlaku bagi panca indera. Pada taraf ini memang terdapat perubahan dan pluralitas. Parmenides beranggapan bahwa ia sanggup melukiskan perubahan dan pluralitas itu dengan lebih baik daripada pendahulu-pendahulunya. Namun, ia menyadari bahwa pengalaman inderawi ini tidak cocok dengan realitas yang sebenarnya.

2) Anggapan yang kedua berasal dari J. Burnet (Early Greek Philosophy). Menurut dia jalan pendapat mengutarakan anggapan Pythagorean. Dalam prakata syairnya, Parmenides telah melukiskan perjalanannya dari kegelapan ke terang. Itu berarti bahwa syair itu akan menerangkan bagaimana ia berbalik dari ajaran Pythagorean yang dianutnya dulu dan mendapatkan gagasan baru. Jalan kebenaran menguraikan gagasan baru itu. Jalan pendapat menyajikan anggapan mazhab pythagorean yang sekarang tidak diterima lagi oleh Parmenides. Tidak mengherankan bahwa ia merasakan keperluan untuk menghidangkan anggapan Pythagoras itu, bila kita teringat bahwa pada waktu itu ajaran Pythagorean belum dibukukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun