Mohon tunggu...
Izzuddin Rifqi
Izzuddin Rifqi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum yang suka Sastra

Nggak Pernah Menang Kalau Ikutan Give Away

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Enggak Hanya Kebanyakan Tugas dan Susah Sinyal, Ini Masalah Mahasiswa Perihal Kuliah Online

20 Juli 2020   06:13 Diperbarui: 21 Juli 2020   15:00 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain masalah biaya kuliah, mahasiswa normal lainnya juga merasa gemes karena harus tetap membayar iuran PDAM, sampah, listrik, wifi kontrakan, kamar kos, sampai paket data pacar. Kan mubadzir.

Reaksi Anak Organisasi
Setelah mahasiswa normal, barisan selanjutnya diisi oleh anak-anak organisasi yang sangat tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Alasannya realistis; nggak mau periode kepengurusannya menjadi periode terburuk dalam sejarah organisasi. Alasan ini berlaku pada organisasi apapun. Baik ekstra, intra, orda, hingga komunitas-komunitas kecil.

Kalo dirasa-rasa yang paling dirugikan sih anak-anak ekstra. Sebab mereka punya tradisi kegiatan yang harus dilaksanakan di lapangan. Secanggih apapun media sosial, tetap kegiatan tersebut tidak bisa dilaksanakan secara online. Masak iya, simulasi demo bisa dilakukan lewat Zoom? Nggak bisa baku hantam dong!

Tapi tetap, sesederhana apa pun proker mereka, dari organisasi mana pun mereka, pasti merasa ada yang kurang jika prokernya belum terlaksana.

Reaksi Mahasiswa cum Santri
Untuk tipe yang ini biasanya mahasiswa yang kuliah di PTKIN, PTKIS atau sejenisnya. Para mahasiswa yang sekaligus nyantri ini pasti tidak setuju dengan kebijakan Mas Menteri. Sebab jika perkuliahan semester depan masih lewat daring, otomatis waktu untuk kembali ke pesantren pasti juga ikutan molor. Sehingga kerinduan akan ngaji bersama para kiai pesantren akan bertambah lama.

Selain alasan kangen ngaji bersama Kiai. Ada juga mahasiswa yang nyatri di pesantren tahfidz, yang mana ia diharuskan untuk melalar dan menambah jumlah hafalan Qur'annya. Wajar saja jika diperpanjangnya kuliah online ini semakin menambah kekhawatiran sang mahasiswa akan pudarnya hafalan. Sebab kecanggihan apapun, tidak dapat menggantikan kesakralan setoran langsung kepada sang Kiai.

Reaksi Mahasiswa Saklek
Khusus untuk jenis mahasiswa ini, mereka memiliki alasan yang konsisten sejak awal berlakunya kebijakan kuliah online di muka bumi. Mereka cenderung konservatif dan agak kesulitan dengan perubahan. Mereka lebih nyaman dan hanya dapat menerima materi jika perkuliahan dilaksanan secara offline --tatap muka.

Biasanya dapuran mahasiswa semacam ini adalah mahasiswa yang fokusnya hanya di dalam kelas tanpa memiliki kesibukan lain di luar kelas. Prinsipnya sih, pengin dapet nilai baik, IPK tinggi, sering bertanya di setiap materi, dan harus dikenal dosen.

Bagi mereka, kuliah online adalah penghancur reputasi itu semua, sehingga mereka yang masuk dalam golongan ini, pasti muak dengan yang namanya kuliah online.

Reaksi Mahasiswa Fleksibel
Beda halnya dengan mahasiswa saklek, mahasiswa tipe terakhir ini adalah kebalikannya. Mereka lebih fleksibel ketika menghadapi kebijakan apapun. Kuliah online monggo. Kuliah offline juga oke. 

Sebab kuliah online bagi mereka adalah suatu terobosan bagus untuk menyikapi zaman yang semakin canggih. Selain waktu dan tempat yang bisa dilaksanakan secara luwes, mereka juga bisa nyambi kegiatan lain di sela-sela sibuknya kuliah online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun