Melihat jawaban saya, ia hanya membalas dengan emotikon monyet yang menutup mata. Seakan malu sekali rasanya.
Permasalahan semacam ini memang sudah tidak asing di lingkungan para pegiat literasi. Namun, terkadang kita lupa akan hal-hal fundamental yang sebenarnya juga perlu kita perhatikan. Kita terlalu menginginkan sesuatu yang instan tanpa mau menaiki tangga yang paling dasar. Kita doyan berekpetasi terlalu tinggi dengan embel-embel teori yang ndakik. Padahal, semua itu akan menjadi omong kosong jika tidak kita imbangi oleh aksi dan konsistensi.
Pada intinya, solusi agar bisa menumbuhkan minat menulis adalah; mulai membaca, dan berhenti ngobral teori, jika teori itu mentok di omongan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H