Mohon tunggu...
Izzuddin Hisyam
Izzuddin Hisyam Mohon Tunggu... Freelancer - Masih ditempa dalam perjalanan hidup bernama mahasiswa

Pembelajar yang sedang berproses menjadi profesional engineer dan writerpreneur. | Penikmat buku pegembangan diri, motivasi, dan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

4 Kunci Utama Menghindari Krisis Keuangan Selama Pandemi

27 Juni 2020   21:58 Diperbarui: 27 Juni 2020   21:55 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mengontrol inflasi BI akan menaikkan suku bunga acuan bagi bank konvensial untuk menarik uang dari masyarakat. Apa ini bagus? Segala sesuatu yang terlalu tidak pernah baik. Suku bunga yang tinggi akan menaikkan bunga kredit. Perlahan pribadi atau korporasi yang membutuhkan dana akan mengurangi kreditnya karena tingginya bunga. Sedikit modal masuk, sedikit pengeluaran.

Sampai pada tahap korporasi harus memangkas biayanya produksinya. Maka bahan baku, manufaktur, dan tenaga kerja akan dikurangi. Ini yang menimbulkan PHK dan meningkatkan pengangguran! Jadi, tunda dulu ya tarik dananya. Secukupnya saja.

Ketiga, Bijak Melakukan Kredit. Butuh dana segar? Atau ingin membeli barang mahal? Langsung aja kredit. Ups, hati-hati ya. Dalam masa pandemi sekarang ini, kamu harus bijak dalam membuat kredit! Jangan sampai malah menyusahkan keuanganmu kedepannya.

Pembelian dengan kredit memang sangat menggoda bagi konsumen seperti kita. Bahkan seringkali kita tergiur untuk membeli sebuah barang yang sebenarnya belum terjangkau kemampuan kita. Namun, dengan sistem kredit kita merasa mampu untuk memilikinya dengan membayar setiap bulan.

Misalnya kamu ingin memiliki sebuah barang elektronik atau peralatan rumah tangga yang multifungsi dengan harga cukup tinggi. Karena merasa ingin memiliki dan menggunakannya, kamu membelinya dengan cara kredit.

Tanpa sadar setiap bulan kamu akan dipusingkan dengan membengkaknya pengeluaran. Karena selain kebutuhan hidup bulananmu, ada kredit ini dan itu yang juga minta dilunasi. Akhirnya, kamu gagal mengontrol pengeluaran karena semuanya terasa wajib untuk dipenuhi.

Ini yang harus diwaspadai, gagal bayar! Masalah yang sering terjadi dan punya efek domino. Ketika kamu tidak bisa membayar uang pokok atau bunga kredit. Bank akan kehilangan pendapatan. Dalam jumlah banyak akan mengakibatkan kesulitan likuiditas. Yaitu kondisi dimana bank tidak mempunyai cukup uang tunai jangka pendek untuk memenuhi permintaan deposan atau debitur.

Kesulitan likuiditas bank dalam skala besar akan mengakibatkan lesunya ekonomi akibat menurunnya daya beli. Jika ini terus terjadi dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan krisis ekonomi. Jadi, mulailah dari sendiri untuk bijak melakukan kredit guna menjaga stabilitas ekonomi!

Keempat, Cintai Produk Dalam Negeri. Prilaku keempat ini apakah masih menjadi tantangan besar bagimu? Hal sederhana tetapi berdampak besar bagi kemajuan bangsa kita. Bejalar mencintai produk sendiri yang mungkin masih perlu banyak perbaikan untuk bersaing dengan produk impor. Sebagai bentuk dukungan kepada produsen agar senantiasa meningkatkan value nya.

Dalam kesulitan ekonomi pada masa pandemi ini. Membeli produk dalam negeri memiliki dampak yang penting agar sistem ekonomi kita dapat segera pulih dan terhindar dari krisis. Dengan mengurangi pembelian produk impor, secara langsung akan mengurangi impor komsumtif. Neraca perdagangan menjadi positif dan meningkatkan devisa negara.

Membeli produk dalam negeri juga meningkatkan kepemilikan rupiah. Ketika tingkat kepemilikan rupiah tinggi, negara akan mudah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain, contohnya dollar. Meningkatnya kepercayaan terhadap rupiah dengan tingginya kepemilikan juga meringankan kebutuhan biaya impor produktif. Seperti peralatan manufaktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun