Mohon tunggu...
izzuddin fathya
izzuddin fathya Mohon Tunggu... Lainnya - seorang pegiat ekonomi

Peminat Isu Sosial dan Ekonomi Global

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pemulihan Hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel

26 November 2020   17:29 Diperbarui: 26 November 2020   17:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah Covid-19 yang melanda seluruh dunia pada tahun 2020, terdapat fenomena yang luar biasa di pertengahan Agustus 2020, secara resmi Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi setuju untuk "menormalkan" hubungan dalam kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat, dimana Israel juga diharuskan menghentikan rencananya untuk mencaplok bagian dari negara itu di tepi barat termasuk Lembah Jordan.

Upacara penandatanganan diadakan pada tanggal 15 September 2020. Dengan adanya deklarasi tersebut, Turki dan Iran sama-sama mengkritik perjanjian tersebut, di tingkat global, perjanjian tersebut menekankan persaingan AS-China di Timur Tengah, setelah Iran dan China menandatangani perjanjian mereka.

Pada 16 Agustus 2020, UEA untuk pertama kalinya membangun sambungan telepon ke Israel dengan membuka blokir panggilan langsung ke kode negara +972 Israel setelahnya Penerbangan komersial langsung pertama dari Israel ke UEA adalah penerbangan El Al pada 31 Agustus 2020.Sebelum pengakuan resmi Israel ini terjadi, UEA tidak mengizinkan warga negara Israel atau mereka yang dicurigai sebagai warga negara Israel masuk ke UEA, termasuk pemegang paspor Israel , kecuali untuk transit, tidak ada penerbangan langsung antara Israel dan UEA, dan tidak ada pesawat Israel yang diizinkan memasuki wilayah udara UEA

Hubungan Yang ada Sejak Lama

Penandatangan pemulihan hubungan ini tidaklah sebuah hal yang tiba -- tiba, dengan memanasnya antara golongan Suni dan Syiah di Kawasan Timur Tengah membuat banyak yang terjadi sejak era 2000an terutama antara UEA dan Israel, di pihak UEA, di tahun 2009 duta besar Israel dan UEA untuk Amerika Serikat bersama-sama mendesak penasihat Timur Tengah pemerintahan yang akan datang untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Iran dan terulang pada tahun 2012, walau memiliki kesepakatan sikap terharap Iran namun UEA menolak untuk secara terbuka meningkatkan hubungan tanpa kemajuan dalam proses perdamaian Israel-Palestina.

Hubungan antar kedua negara juga terlihat pada apa yang dilakukan oleh pihak Israel, Pada 16 Januari 2010 Menteri Infrastruktur Nasional Israel Uzi Landau menghadiri konferensi energi terbarukan di Abu Dhabi, dia adalah menteri Israel pertama yang mengunjungi Abu Dhabi, selanjutnya Pada Januari 2016 Menteri Energi Israel mengunjungi UEA di lokasi kantor pusat Badan Energi Terbarukan Internasional di Abu Dhabi.

Dampak Internal 

Selepas dari kesepakatan yang di tandatangani pada September 2020, Pada 20 Oktober 2020, Israel dan UEA mengumumkan perjanjian pembebasan visa bersama, yang memungkinkan warga negara Israel dan warga Emirat untuk pergi ke negara masing-masing tanpa visa, selanjutnya Pada 4 November 2020, maskapai penerbangan Emirat FlyDubai mengumumkan bahwa mereka akan memulai penerbangan langsung antara Tel Aviv dan Dubai mulai 26 November, dengan tiket yang ditawarkan untuk dijual ini akan menandai rute penerbangan komersial pertama antara Dubai dan Tel Aviv. Selain itu telah banyak momen yang memperlihatkan kebersamaan antar keduanya.

Kalau dilihat dari GDP perkapita: Israel 41.715 USD dan UEA 43.004 USD (2018), keduanya sama-sama termasuk dalam golongan negara kaya. Tapi dilihat dari tindakannya Israel-lah yang butuh UAE, Bloomberg (15/09/2020) menuliskan bahwa adanya antusiasme yang cukup baik dari berbagai pihak di Israel, Pejabat Israel juga mengungkapkan harapan untuk bekerja sama dalam teknologi dan kedirgantaraan, Pejabat Kementerian Keuangan juga melihat potensi untuk merundingkan perjanjian tentang investasi bilateral, perpajakan, bea cukai dan pembiayaan perdagangan, sedangkan dari sisi UEA tidak ada sambutan yang meriah atas perjanjian ini dari berbagai pihak disana walau menurut Sheikh Mohammed Bin Zayed mengungkapkan bahwa kesepakatan ini semacam pertaruhan, namun dengan peluang yang sangat menguntungkan.

Dengan fakta Israel adalah  negara paling maju dalam hal teknologi di Timur Tengah dengan penemuan-penemuan mutakhirnya, Sehingga dengan kelebihan ini banyak pihak yang memprediksi perjanjian ini akan mendorong kemakmuran dan menaikkan wibawa UEA di mata internasional terutama pada sector yang strategis dan teknologi. Dengan berbagai Tindakan itu, sudah jelas bahwa Israel yang akan meraih untung. Kontrak yang langsung ditandatangani setelah itu pun adalah tentang perdagangan senjata dari Israel ke UAE. Menteri Keuangan Israel menyatakan bahwa adanya potensi nilai Kerjasama yang akan diterima oleh negaranya sebesar 2 Milliar USD hingga 6.5 Milliar USD kedepannya dengan adanya perjanjian ini.

Dampak Terhadap Kawasan

Sejak tahun 2002 dibawah Inisiatif Perdamaian Arab, negara-negara Arab menyatakan bahwa Israel hanya akan menerima hubungan "normal" jika terdapat kesepakatan kenegaraan dengan Palestina dan diakhirinya pendudukan, walau dengan normalisasi hubungan 2020 ini, Israel sepakat untuk menangguhkan kebijakan aneksasi banyak yang beranggapan itu hanya ditambahkan untuk sebagai basa-basi karena politisi Israel malah berpendapat bahwa rencana aneksasi masih menjadi prioritas setelah ditandatangani nya perjanjian ini. Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot memperingatkan bahwa kebijakan Inisiatif Perdamaian Arab yang telah lama ada itu telah dirusak, ia mengutuk kesepakatan itu sebagai "dorongan luar biasa bagi pemerintah Israel untuk terus melanjutkan pendudukan mereka".

Menurut penulis dalam jangka pendek kesepakatan ini akan menimbulkan perubahan geopolitik di Kawasan, terlebih banyak yang memprediksi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akan mengingkari janjinya untuk menangguhkan aneksasi di bagian Tepi Barat. Hingga saat ini sudah banyak yang mengibaratkan perjanjian ini dengan sebutan "menjual habis -- habisan" dimana menurut banyak pihak perjanjian ini tidak akan membawa manfaat yang lebih besar dari kehancuran Palestina itu sendiri dan semakin memperjelas adanya andil konflik Amerika Serikat dan China yang saling menunjukkan dominasinya di Kawasan untuk melegitimasi kekuatannya masing -- masing.

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa sebenernya UEA telah mengetahui dan menghitung apa dampak yang dapat terjadi setelah adanya kesepakatan resmi ini. Menurut penulis, kedepannya dikawasan timur tengah akan semakin terlihat perselisihan antara negara -- negara yang tidak bersekutu dengan Iran dan negara -- negara yang bersekutu dengan Iran yang dibelakangnya juga ada kekuatan besar dunia yaitu Amerika Serikat dan China namun penulis tetap berharap, perselisihan yang ada di Kawasan tidak mengurangi konsentrasi kita semua terhadap pembebas Palestina dari aneksasi yang terus dilakukan oleh Israel dan Yahudi walaupun sudah banyak yang terindikasi akan menyusul UEA untuk bersekutu atau memulihkan hubungan diplomatiknya dengan Israel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun