Mohon tunggu...
Izzatul Afifah
Izzatul Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, saya afifah. Mahasiswa Psikologi yang sedang belajar untuk mengembangkan skill menulis dengan minat yang saya miliki dibidang psikologi. Semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat dan menambah wawasan kepada pembaca. Terima kasih 😇🙏🏻

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pandemi dan Pemikiran untuk Bunuh Diri, dalam Kacamata Psikoanalisis

23 Agustus 2023   10:31 Diperbarui: 23 Agustus 2023   10:32 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya ada beberapa alasan orang melakukan tindakan bunuh diri di masa pandemi salah satunya karena kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Dengan menggunakan Teori Maslow bahwa pada dasarnya manusia adalah baik, atau setidaknya netral, bukan jahat. Sama halnya dengan fisik, kejiwaan manusia juga membutuhkan kebutuhan, kapasitas dan kecenderungan yang pada dasarnya bersifat baik. (Sarwono, 2019) Teori Maslow yang akan kita terapkan saat ini adalah Teori Hierakri Kebutuhan.

Dalam hierakri kebutuhan menurut Maslow ada lima kebutuhan yang ada di dalam diri manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan (safety needs), kemudian kebutuhan untuk dimiliki atau dicintai (belongness and love needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan yang paling tinggi yaitu self actualization. (Sarwono, 2019). Namun ada manusia yang hanya memenuhi tiga kebutuhan saja dan manusia dengan jiwa yang sehat harus memenuhi tiga kebetuhan tersebut, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan (safety needs), serta kebutuhan untuk dimiliki atau dicintai (belongness and love needs).

Jika kita menghubungkan antara kasus bunuh diri di masa pandemi dengan hierakri kebutuhan Maslow, maka ada beberapa sebab seseorang melakukan tindakan bunuh diri di antaranya adalah tidak terpenuhinya kebutuhan fisiologis karena ia tidak memiliki uang ataupun pekerjaan sehingga ia tidak dapat membeli makanan untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya Hal tersebut besar kemungkinan mendorong individu kehilangan kendalinya untuk selanjutnya memutuskan melakukan tindakan bunuh diri.

Dalam tingkatan yang lain seorang individu dapat memenuhi kebutuhan fisiologisnya namun kebutuhan akan rasa keamanannya tidak terpenuhi seperti pada masa pandemi seperti ini banyak orang yang merasa cemas ketika ia keluar rumah atau ketika ia sudah bertemu dengan orang banyak serta ketakutan berlebih akan keselamatan diri sendiri ataupun orang terdekat hal ini mendorong individu melakukan tindakan yang berlebihan seperti tidak keluar rumah sama sekali serta tidak bersosialisi sebagaimana mestinya. (Masyah, 2020) Kemudian kita pun di haruskan untuk menyesuaikan diri kembali karena adanya peraturan new normal tapi tidak semua manusia bisa beradaptasi dengan mudah sehingga menimbulkan kondisi yang dapat menganggu kestabilan jiwa dan nantinya kebutuhan yang lainya pun tidak akan terpenuhi hal tersebut dapat menyebabkan individu kehilangan kendali atas dirinya serta melakukan hal-hal negatif di luar nalar.

Selanjutnya jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa keamananya sudah terpenuhi, tetapi kebutuhan akan merasa di cintai dan dimiliki tidak terpenuhi karena di masa pandemi seperti ini semua orang pasti merasa susah dalam bidang ekonomi, sosial, maupun kesehatan mental sehingga ia tidak punya teman atau keluaga yang bisa ia ajak untuk berkeluh kesah tentang masalahnya dan tidak merasa di cintai sehingga ia berfikir bahwa di dunia ini sudah tidak ada yang peduli terhadap dirinya juga merasa bahwa kebutuhan akan harga dirinya pun tidak terpenuhi  sehingga ia merasa bahwa harga dirinya telah hilang karena ia tidak memiliki teman ataupun keluarga yang mencintainya.  Alasan itu ia pakai untuk ia melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini berkaitan juga dengan mekanisme pertahanan ego menurut frued dengan menggunakan mekanisme pertahanan rasionalisasi yaitu mencari kebenaran atas suatu tindakan tersebut.

Jika ke empat kebutuhan tersebut tidak terpenuhi bagaimana bisa memenuhi kebutuhan yang paling tinggi yaitu self actualization ? Di masa pandemi seperti ini banyak orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan ini karena terbatasnya keuangan atau keadaan ekonomi, alat-alat, dan juga pembatasan pelaksaan acara karena di berlakukanya PPKM.

Komunikasi Digital dan Kecemasan

Sudah kita Bahas bahwa sebab seseorang melakukan tindakan bunuh diri di masa pandemi salah satunya adalah kecemasan atau anxiety. Kecemasan merupakan salah satu faktor dorongan tindakan bunuh diri pada seorang individu. Setelah saya melakukan observasi di sosial media twitter. Dari banyak orang yang menyetujui sebuah utas dari akun @aprilliouz yang menyatakan bahwa banyak sekali mahasiswa atau pelajar yang mengahadapi pembelajaran online yang takut atau cemas ketika melihat notifikasi chat. Dahulu mungkin melihat notifikasi chat adalah hal yang biasa namun pada masa pandemi seperti ini orang orang jadi merasa cemas ketika melihat atau mendengar notifikasi chat. contoh tersebut bisa kita kaitan dengan teori atau metode refleksisme dimana yang awalnya mungkin kita mendengar notifikasi chat akan merasa senang atau bahagia karena mungkin yang kita tunggu adalah chat dari orang tersayang sedangkan di masa pembelajaran jarak jauh seperti ini membuat beban pelajar menjadi bertambah karena ada beberapa dosen atau guru yang mungkin sering tiba-tiba memundurkan kelasnya di jam malam atau menambah tugas yang diberikan karena merasa bahwa yang online itu selalu mudah sehingga menurut orang tersebut notifikasi chat sekarang merupakan sebuah ancaman untuk dirinya.

Kecemasan merupakan suatu keadaan dimana rasa khawatir, takut, dan mengeluh akan sesuatu yang belum terjadi. Kecemasan juga dikatakan sebagai suatu respon yang tepat terhadap suatu ancaman namun kecemasan bisa jadi saja menjadi abnormal bila tingkatanya terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan proporsi ancaman.(Saleh, 2019)

Menurut American Psychological Association (APA),kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul Ketika seorang individu itu sedang mengalami stress, serta ditandai dengan perasaan tegang, khawatir yang berlebihan dan disertai dengan dampak fisik seperti detak jantung yang berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya. (Ruskandi, 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun