"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur" (QS Al A'raf : 58).
Jika tanaman yang tumbuh adalah analogi dari anak, dan tanah adalah analogi dari keluarga maka jelaslah perumpamaan yang diberikan Al-Qur'an. Kondisi keluarga jelas sangat menjamin perkembangan anak, bagaimana ia dibesarkan, dan seterusnya. Interaksi keluarga dan hubungannya dengan anak-anaknya, itu semua mewakili lingkungan yang baik dan subur untuk menghidupkan generasi yang shalih[1].Tak salah memang jika kita mengatakan, generasi gemilang hanya akan lahir dari keluarga yang mendukungnya menjadi hebat terutama akan lahir dari ibu-ibu peradaban.
"Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang amir adalah pemimpin atas rakyatnya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan anaknya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya" (HR Bukhari dari Hadist Nafi' bin Umar).
Ibu bertanggung jawab atas anak-anaknya. Kelihatannya berat bukan? Namun ternyata sejak awal Allah telah memberikan lahan amal yang begitu mulia dalam pemaknaan tanggung jawab pada seorang wanita. Tugas mulia ini diemban oleh seorang ibu, yaitu memastikan asupan yang terbaik sejak awal kelahirannya.
Interaksi antara ibu dan anak yang begitu kuat sejatinya terjadi pertama kali antara ibu dan anak, dimulai sejak dalam kandungan hingga awal kehidupan setelah kelahirannya. Dewasa ini, interaksi awal antara ibu dan anak setelah proses kelahiran dikenal dengan istilah IMD (Inisiasi Menyusu Dini), inilah yang menjadi pintu pertama terbangunnya kedekatan antara ibu dan anak.
Standar Emas Makanan Bayi dimulai dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 (enam) bulan. Setelah enam bulan bayi diberikan Makanan Pendamping ASI dengan tetap dilanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih[2]. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu langsung diletakkan pada perut ibu. Secara naluri bayi akan mencapai dan dapat menghisap puting ibu dalam waktu 30 menit. Dengan demikian, kolostrum atau ASI yang berwarna kekuning-kuningan, ASI yang pertama keluar akan langsung dihisap oleh sang bayi. Sebagaimana kita ketahui kolostrum mengandung zat kekebalan yang lebih banyak dari air susu yang keluar pada hari-hari berikut setelah kelahiran bayi. Kontak fisik pertama antara ibu dan bayi pun akan semakin merekatkan rasa kasih sayang ibu dan bayi.
Sayangnya rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) periode 1997-2003 cukup memprihatinkan. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah[3].
Pemberian ASI sebagai asupan pertama dan utama bayi sangat bermanfaat. Tidak salah apabila The National Women 's Health Information Center menuliskan "one of the best things that only you can do is breastfeed your baby for as long as possible. The longer a mom and baby breastfeeds, the greater benefits are for both mom and baby" [4]
Merujuk penelitian di Ghana, 16% kematian bayi baru lahir bisa dicegah bila bayi disusui pada hari pertama kelahiran. The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan[5]. Jurnal internasional menyebutkan, manfaat lain ASI dalam menurunkan angka kesakitan diantaranya menurunkan infeksi saluran pencernaan lebih rendah hingga 50%. Penurunan ini lebih berarti pada bayi yang menerima ASI ekslusif hingga 6 bulan dibanding yang hanya 3 bulan. Sedangkan jika dibandingkan dengan susu formula pengganti ASI, bayi yang diberikan ASI ekslusif memiliki infeksi telinga 13% lebih rendah, 17% lebih jarang menderita influenza, dan 29% lebih jarang untuk muntah[6]. Sementara pemberian susu formula pengganti ASI akan meningkatkan risiko alergi 30% dan penyakit asma sebesar 25%[7]
Mengapa ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan susu formula? Pemberian susu formula dan ASI sekaligus justru memberikan dampak negatif diantaranya meningkatkan risiko infeksi telinga hingga 60%. Sementara penurunan risiko penyakit seperti alergi, asma berbanding lurus dengan lamanya pemberian ASI ekslusif[8].
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi dengan standar emas. ASI terbukti mempunyai keunggulan yang tak dapat digantikan oleh makanan dan minuman manapun, karena ASI mengandung zat gizi yang paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat[9]. Menilik dari manfaat imunologisnya, ASI memang mengandung komponen sel (T-limfosit dan B-limfosit, neutrofil, makrofag, sel epitel) yang banyak terdapat dalam kolostrum. Imunoglobin-A merupakan imunoglobin yang dominan pada ASI yang menyehatkan salurab pencernaan. Protein ini terutama akan mengikat zat besi dan vitamin B-12.
ASI juga meningkatkan kecerdasan anak yang diukur melalui tes IQ. Hasilnya kecerdasan anak berbanding lurus dengan lamanya periode pemberian ASI[10]. Lain halnya jika kita melihat manfaat ASI dari uraian kandungan gizinya. Ada uraian panjang untuk menjelaskan kandungan ASI yang dipastikan baik untuk bayi sehingga tidak salah bila Al-Quran memerintahkan ibu untuk menyusui anaknya dalam periode dua tahun jika ingin sempurna.
"Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak akan dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun berkewajiban seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan keduanya, maka tidak ada dosa pada keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu pada orang lai, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (Al-Baqarah: 233)
ASI yang hanya dimiliki ibu menyusui (buteki) khusus mengeluarkan susu dengan komposisi yang dinamis dan seimbang gizi mencukupi gizi bayi untuk optimal. Keseimbangan zat gizi yang ada pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi sementara tidak ada susu formula pengganti yang sebaik ini. ASI bersifat isoosmotik (memiliki konsentrasi ion yang sama dengan plasma darah bayi).
Ibu yang menyusui bayinya akan mendapatkan manfaat dari sisi hormonal, fisik, dan psikososial. IMD dapat meningkatkan kadar hormone oksitosin yang dapat menstimulasi kontraksi otot rahim, mengurangi jumlah darah yang hilang pasca persalinan dan menolong rahim untuk kembali ke ukuran sebelum kehamilan[11].
Banyak ibu yang mendapatkan manfaat psikologis diantaranya meningkatnya kepercayaan diri serta menguatnya ikatan dengan sang buah hati. Walaupun beberapa wanita masih meragukan apakah dengan menyusui dapat mengembalikan mereka ke BB sebelum kehamilan.
Tidak mengherankan begitu istimewanya kedudukan ibu sehingga Al-Qur'an menyebutkannya "Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu" (Luqman: 14).
Air susu yang diberikan ibu kepada bayinya bukan sembarang air susu, kandungannya dari sudut pandang gizi dianggap sangat mengagumkan. Semakin dikaji akan semakin mempertegas kemahabesaran Allah swt. Jika secara umum ASI mengandung tiga makromutrien penting yang dibutuhkan, yaitu: karbohidrat: laktosa, disakarida yang tersusun atas glukosa dan galaktosa, lemak baik (PUFA/polyunsaturated long and medium chain fatty acids), dan juga protein yang tersusu atas ikatan panjang asam-asam amino yang sudah dipastikan diperlukan untuk tumbuh kembang bayi.
Istimewanya, kandungan energi dan keseimbangan gizi dalam ASI berubah secara dramatis bergantung pada kebutuhan sang bayi. Ini berbeda dengan komposisi zat gizi yang ada di susu formula, yang kadang kala lebih terlihat "berisi" dibanding ASI. Dalam sebuah artikel bahkan disebutkan seorang dokter anak yang cerdas dengan komputer terbaik sekalipun tidak bisa membuat desain susu dengan keseimbangan seperti ASI yang menyediakan kebutuhan gizi sesuai kebutuhan perkembangannya.
Perubahan kandungan ASI ini terjadi sesuai tiga periode laktasi yaitu ASI awal (kolostrum), ASI transisi (yang keluar pada satu bulan pertama), dan setelahnya menjadi ASI mature. Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 - 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah[12].
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 - 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 - 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 - 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 - 1200 gr/hari (ACC/SCN, 1991). Pada studi Nasution.A (2003) volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 - 800 gr/hari, bayi usia 5 bulan adalah 400 - 600 gr/hari, dan bayi usia 6 bulan adalah 350 - 500 gr/hari[13].
Selain kandungannya yang dibuat sangat "nyaman" untuk gizi bayi, keistimewaan lain dari ASI adalah dilengkapi dengan kemampuan menghasilkan beberapa enzim spesifik untuk mempercepat pencernaan laktosa, lemak, atau protein tetapi tidak ditemukan pada susu selain ASI. Tidak ada pula susu formula atau makanan lainnya yang dapat menggantikan ASI dalam menyiapkan konsentrasi yang optimal dalam bentuk bioavailabilitasnya.
Inilah yang bukti kecintaanNya pada manusia. Maka tak diragukan lagi ASI memberikan manfaat terbaik untuk ibu dan bayi. Bukankah Allah telah menjanjikan dengan segala kekuasaannya Dia jadikan segala sesuatunya sempurna dan dalam keadaan seimbang takarannya? "Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang engkau dustakan?"
[1] M. Lili Nur Aulia, Cinta di Rumah Hasan Al-Banna. (Jakarta: Tarbawi Press, 2007,8)
[2] Yussiana Elza, "Dukung Ibu untuk meraih Emas", Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2008, dalam http://www.promosikesehatan.com
[3] Media Indonesia.com, 8 Agustus 2008 dalam http://www.indonesia.go.id
[4] The National Women 's Health Information Center, 2002 dalam Judith, E. Brown, et.al. Nutrition Through the Life Cycle second edition (USA: Wadsworth, 2005, 142)
[5] ibid
[6] J. Raisler, et.al, "Breastfeeding: A dose response relationship" Am J Pub Health, 1999. 89: 25-30 dalam Judith, E. Brown, et.al, Nutrition Through the Life Cycle second edition (USA: Wadsworth, 2005, 145.
[7] WH. Oddy, et.al, "Associaton between breastfeeding and asthma in 6-year old children: finding of a prprospective birth cohort study", BMJ, 1999, 815-819 dalam Judith, E. Brown, et.al, Nutrition Through the Life Cycle second edition (USA: Wadsworth, 2005, 145.
[8] Log.cit. Judith, E. Brown
[9] log.cit. Yussiana Elza.
[10] WJ Rogan and BC Gladen, "Breastfeeding and Cognitive Development, Early Hum Dev", 1993, 31 (3): 181-193 dalam Judith, E. Brown, et.al, Nutrition Through the Life Cycle second edition (USA: Wadsworth, 2005, 145.
[11] Judith, E. Brown, et.al. Nutrition Through the Life Cycle second edition (USA: Wadsworth, 2005, 142)
[12] Russell, "Design Infan Nutrition", http://www.icr.org/article/design-infant-nutrition/
[13] ibid
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H