Permasalahan pandemi Covid-19 sekarang sedang dialami oleh seluruh dunia. Proses mengatasi yang paling efektif sedang diterus dijalankan. Namun, dalam konteks sejarah wabah global sudah pernah dialami. Salah satunya adalah Flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918 atau pada masa PD-I. Sehingga dalam penanganan pandemi global ini  diperlukan juga sebuah refleksi sejarah guna mendapati sebuah cara yang mungkin bisa di terapkan untuk mengangani pandemi covid-19.
Kisah Historis
Flu Spanyol merupakan pandemi yang terjadi pada tahun 1918. Flu spanyol merupakan virus influenza yang pada waktu berhasil membunuh sekitar 20 persen dari orang yang terinfeksi atau sekitar 30 Miliar penduduk . Dahsyatnya serangan wabah ini membuat virologis Amerika Serikat Jeffery Taubenberger menyebut Flu Spanyol sebagai "The Mother of All Pandemics"[1].
Namaun perdebatan mengenai asal-muasal virus itu mengalami perdebatan sebab, orang-orang spanyol yang dianggap pembawa virus, justru mereka mendalih bahwa virus ini berasal dari prancis dan menyebutnya dengan "Flu Prancis". Selain itu beberapa ahli juga menyebutkan bahwa asal virus ini adalah Amerika Serikat.
Menurut Frank Macfarlane Burnet, virologis Australia yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari influenza, pandemi 1918 bermula di Camp Funston dan Haskell County (Kansas) Amerika Serikat[2].
Dimana gagasan tersebut muncul karena dalih bahwa penyebaran influenza ini ke Eropa diperkirakan bersamaan dengan pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Eropa sebagai bentuk keikutsertaan mereka dalam Perang Dunia I . Namun piihak Amerika berganti mendalih bahwa virus tersebut bukan dari Amerika.
Sementara menurut North China Daily News, seperti dikutip harian Pewarta Soerabaia, pandemi bermula di Swedia atau Rusia lalu menyebar ke Tiongkok, Jepang, dan Asia Tenggara[3].
Lalu penyebutan pandemi Influenza sebagi Flu Spanyol diakibatkan karena beberapa hal yaitu netralitas Spanyol pada PD I mengakibatkan negara tersebut tidak melakukan sensor terhadap pers sehingga publikasi yang dilakukan mengenai wabah ini pertama kali dilakukan oleh pihak pers Spanyol.
Sehingga nama flu tersebut bukan Flu Amerika (Negara pertama yang terdapat korban) atau Flu Prancis (Negara yang pertama kali menyebarkan flu ini secara luas) dan dialam pendemi ini telah berhasil menewaskan sekitar 30 Miliar penduduk [4].Â
 Penanganan Flu Spanyol.
Dalam penanganan flu spanyol beberapa negara memberikan berbagai kebijakan demi menangani pandemic ini. Sehingga dalam  membandingkan mengenai penanganan pandemi ini terdapat perbandingan yang sangat menarik, termasuk di Indonesia (Masih bernama Hindia-Belanda) kala itu.
Amerika Serikat.
Dalam menangani pandemi ini Amerika Serikat memberikan beberapa kebijakan yang dinilai mampu mengatasi pandemi ini dan memutus rantai penyebaran.
Kala itu ketika virus ini telah terdeteksi masuk di Amerika Serikat. Pertama, Â Pemerintah amerika serikat langsung menerapkan penutupan akses di berbagai penjuru kota. hal tersebut harus segera dilakukan agar penyebaran virus di amerika tidak seperti di Prancis.
Selain itu penutupan akses keluar rumah bagi penduduk saat itu juga ditutup total oleh pemerintah Amerika. Penutupan ini sukses melindungi seluruh warga Gunnison dari flu Spanyol dan larangan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan keramaian juga diterapkan untuk mencegah penyebaran pandemi[5]. Kedua, Pelarangan kapal untuk berlabuh.
Secara geografis amerika dikelilingi oleh batas perairan. Sehingga pelarangan untuk berlabuhnya kapal secara tegas dilakukan. Salah satunya adalah Samoa Amerika, yang langsung mengumumkan ke penjuru dunia untuk tidak berlabuh di daerah tersebut.
Ketiga, karantina bagi orang yang masuk ke daerah Amerika. Hal itu dilakukan agar penyebaran bisa dihentikan dan memutus rantai penyebaran flu spanyol. Di tempat lain, seperti ditulis dalam laman BBC, Kota Gunnison juga mewajibkan karantina selama dua hari bagi penumpang kereta api yang tiba di kota tersebut.
Keempat, isolasi mandiri bagi yang memiliki gejala, Seperti ditulis dalam laman Princeton Alumni Weekly, Universitas Princeton yang pada saat itu digunakan sebagai kamp militer langsung menerapkan isolasi ketika pertama kali kasus flu Spanyol terdeteksi di sana[6]. Kapal-kapal militer Amerika serikat saat itu dijadikan sebagai tempat isolasi bagi penderita gejala.
Hindia-Belanda (Indonesia)
Kandidat doktor jurusan sejarah Universitas Melbourne Australia, Ravando Lie dalam tulisannya di Kompas.id menyebut dampak fatal flu Spanyol di Indonesia karena kelalaian pemerintahan Hindia Belanda dalam mencegah penyebarannya[7].
Hal tersebut dikarenakan kurang sigapnya pemerintah colonial Hindia-Belanda dalam mengatasi dan justru pemerintah colonial saat itu malah menuduh pribumi lah yang menjadi penyebab virus tersebut.
Penanganan secara serius diakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 16 November 1918. Dimana pemerintah saat itu mulai menyebar poster-poster di penjuru perkampungan. membentuk influenza comissie yang terdiri dari CD de Langen (ketua), GOE Lignac (sekretaris), PC Flu, AA Hulshoff, J Huizinga, dan Mas Sardjito (anggota) yang bertugas menginvestigasi flu Spanyol dan memberikan rekomendasi tindakan yang harus dilakukan[8]. Secara ringkasnya kebijakannya yaitu,
1.Pembagian Masker.
Bulan November 1918, pemerintah sudah membentuk tim yang berada di Kepala Dinas Kesehatan Rakyat. Tim ini difungsikan untuk menanggulangi penyebaran wabah influenza. Mereka menemukan, virus influenza itu menular lewat udara. Maka dari itu, pemerintah kolonial kemudian mengeluarkan instruksi pembagian masker. Masker-masker itu diserahkan kepada warga yang tinggal di daerah terjangkit.
Pembagian masker ini berdasarkan referensi dari "Koloniaal Verslag" atau "Laporan Kolonial" untuk tahun 1920. Khasanah arsip ini merupakan pidato pertanggungjawaban Menteri Koloni sebagai wakil Ratu Belanda dalam siding parlemen.
2.Sosialisasi secara besar besaran.
Hal tersebut dilakukan agar masyarakat memahami bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh virus Flu Spanyol. Bahkan Buku pedoman tentang penyakit influenza juga diterbitkan dalam bahasa Jawa dan ditulis dalam huru Jawa, diterbitkan Balai Pustaka tahun 1920 dan buku ini disusun dalam bentuk percakapan antara tokoh-tokoh wayang (punakawan)[9].
2.Himbauan Isolasi Mandiri.
Dalam buku "Lelara Influenza" termuat imbauan "isolasi mandiri". Bagi yang sakit influenza diminta berdiam diri di rumah8. Dalam buku ytersebut sangat jelas himbauan bagi orang-orang yang memiliki gejala influenza. sehingga, orang-orang yang menderita gejala-gejala Influenza diwajibkan untuk tetap dirumah. Kebijakan ini sangat bersifat tegas saat itu, pemerintah colonial belanda akan menindak jika orang yang memiliki gejala tidak melakukan isolasi diri.
3.Karantina Kapal.
Pada April 1918, setelah melakukan pengamatan secara cermat, konsul Belanda di Singapura memberikan peringatan kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar mencegah kapal-kapal dari Hong Kong merapat di dermaga Batavia dan menurunkan penumpang di sana. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa Hong Kong telah dinyatakan terjangkit oleh influenza. Namun peringatan ini tak dihiraukan. Tiga bulan kemudian, muncul banyak laporan orang sakit influenza di Hindia-Belanda. Penindaklanjutan dilakukan segera dengan membuat draf undang-undang sesuai undang-undang pengkarantinaan wilayah pada 1911 yang mengatur untuk pengkarantinaan kapal. Orang-orang yang turun dari kapal saat itu harus memiliki surat bebas influenza. Karantina kapal ini didasarkan atas influenza ordonnantie atau undang-undang terkait penanganan influenza yang sah tahun 1920.
Dari refleksi history diatascalu Bagaimana dengan Indonesia Menangani Corona Sekarang?
**
Ref:
[1] Rovando lie. Seabad Flu Spanyol. (https://historia.id/sains/articles/seabad-flu-spanyol-DBKbm)
[1] Rovando lie. Seabad Flu Spanyol. (https://historia.id/sains/articles/seabad-flu-spanyol-DBKbm)
[1] Rovando lie. Seabad Flu Spanyol. (https://historia.id/sains/articles/seabad-flu-spanyol-DBKbm)
[4]Farhan Alam. Belajar dari Pandemik Flu 1918, Ini 7 Cara Manjur Mengatasi Pandemik. Â (https://www.idntimes.com/science/discovery/farhan-alam/mengatasi-flu-spanyol-c1c2/2)
[5] Muhammad Ahsan Ridhoi. Belajar dari Kesalahan Hindia Belanda Tangani Flu Spanyol untuk Corona)(https://katadata.co.id/berita/2020/04/16/belajar-dari-kesalahan-hindia-belanda-tangani-flu-spanyol-untuk-corona)
[6] Muhammad Ahsan Ridhoi. Belajar dari Kesalahan Hindia Belanda Tangani Flu Spanyol untuk Corona)
[7]Danu Damarjati. Â Disinggung Anies, Begini Cara Zaman Belanda Tangani Pandemi Flu Spanyol (https://news.detik.com/berita/d-4971556/disinggung-anies-begini-cara-zaman-belanda-tangani-pandemi-flu-spanyol/2)
[8]Â Danu Damarjati. Â Disinggung Anies, Begini Cara Zaman Belanda Tangani Pandemi Flu Spanyol (https://news.detik.com/berita/d-4971556/disinggung-anies-begini-cara-zaman-belanda-tangani-pandemi-flu-spanyol/2)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H