Lantas, bagaimana kita bisa menjadi seorang yang nasionalis? Mengaku kita sangat cinta NKRI di ruang publik? Bersikap angkuh dengan lambang Garuda di dada? Semua tindakan itu sangat tidak dibenarkan! Teringat kata-kata permisalan yang diucapkan oleh presiden pertama kita,
Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang terbang sendirian
Permisalan yang diungkapkan oleh presiden pertama kita mengisyaratkan bahwa Pancasila itu adalah hal yang patut kita junjung bersama, karena nilai-nilainya yang sangat luhur. Jangan sampai, Pancasila malah dijadikan kambing hitam oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Pancasila, tak boleh dijadikan simbol kepentingan personal tetapi hanya boleh dijadikan simbol kepentingan komunal (bersama). Sikap seorang nasionalis, tak akan pernah mengumbar jiwa nasionalismenya ke ruang publik, malah dia hanya akan menyimpannya di dalam gelapnya relung hati. Karena sikap itulah yang sebenarnya harus menjadi ciri khas seorang yang dikatakan nasionalis.
Ada oknum diantara kita yang sering berkata dengan lantangnya; Aku itu paham butir-butir Pancasila! Hidupku hanya untuk mengilhami Pancasila! Pancasila harus menjadi bagian dari hidupku! Orang seperti itu, sebenarnya bukan orang yang tulus mencintai negeri ini. Dia hanya menggunakan "cinta"nya itu untuk membuat dirinya terlihat jelas di ruang publik sebagai tokoh yang katanya tokoh nasionalisme negeri ini. Padahal, mereka hanya mengkampanyekan chauvinisme (cinta tanah air berlebihan) yang jelas-jelas sangat mengurangi nilai-nilai luhur yang  terkandung dalam butir-butir pancasila.
Cintailah Indonesia Apa Adanya
Negeri ini sangat membutuhkan dukungan warga negaranya untuk senantiasa bisa menjadi negara yang berkemajuan. Dengan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas negeri ini, seharusnya bisa membuat unique identity (identitas yang unik) dan dapat terimplikasikan disetiap sendi-sendi kehidupan masyarakatnya.
Kampanye tentang chauvinisme kiranya hanya menjadi khayalan publik yang selalu menggaungkan tentang cinta yang tak memiliki kepastian. Allah SWT pun tak suka apabila kita menjadi hamba yang berlebih-lebihan dalam suatu hal. Indonesia, tak butuh cinta yang mewah, Indonesia hanya butuh cinta yang alamiah. Karena, sesuatu yang mewah belum tentu bisa membuat kita bahagia, tetapi cinta yang alamiah sudah biasa membuat hati bahagia, karena terlahir dari relung hati yang tulus. Sama, Indonesia pun butuh kebahagiaan yang alamiah, sederhana tetapi membuat ruh kebangsaan menjadi lebih solid lagi.
Indonesia, merdeka dengan keadaan yang begitu sederhana. Ketika kolonial Belanda menjajah negeri ini dengan senjata laras panjang, tetapi Indonesia hanya memiliki bambu runcing yang diambil dari tanah-tanah yang ada diseluruh penjuru nusantara.
Lantas, mengapa negeri ini bisa merdeka dari zaman kolonial?
Jawaban yang pasti adalah spirit kebangsaan yang tak pernah pudar dari masing-masing jiwa masyarakat Indonesia pada saat itu. Itulah cinta yang harus dipersembahkan kepada ibu pertiwi, bukan cinta dalam kata-kata tetapi cinta dalam sukaduka maupun sukacita. Penulis mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia agar senantiasa tidak bersandiwara di depan panggung publik hanya demi eksistensi pribadi. Tetapi, kita sama-sama membangun peradaban yang go international bagi negeri ini untuk senantiasa mampu menjadikan Indonesia negara yang dikagumi oleh masyarakat global dalam berbagai sektor.
Salam sejahtera bagi kita semua! Semoga pikiran, hati dan tindakan kita tetap terjaga, jangan sekali-kali menjadi seorang pembual! Â Â