Pemilihan hujjah yang berbeda, saya dikatakan sesat.
Penafsiran ayat yang berbeda, saya dikatakan sesat.
Pemilihan rawi yang berbeda, saya dikatakan sesat.
Lantas, untuk apa al-qur’an dan al-hadits diturunkan?
Hanya untuk dijadikan pengantar tidur?
Atau untuk dijadikan pajangan rumah?
Ataukah, untuk dijadikan bahan eksistensi belaka?
Jelas, semua itu adalah pendistorsian sebuah hakikat.
Yang seharusnya hakikatlah yang dimunculkan kepermukaan.
Faktanya, bukan hakikat riil yang dimunculkan.
Melainkan, sebuah ilusi hakikatlah yang dimunculkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!