Mohon tunggu...
Izza Laila Nur Rohmah
Izza Laila Nur Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang belajar dan berprogres.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah Era Baru: Sekolah Joyful Learning Berbasis Creativity

29 Desember 2021   00:40 Diperbarui: 29 Desember 2021   14:30 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaitan blended learning dengan joyful learning terletak pada pemusatan pembelajaran ke peserta didik. Selain itu, keduanya sama-sama meletakkan kemampuan peserta didik bereksplorasi terkait topik-topik pembelajaran. 

Sistemnya, peserta didik dapat mempelajari materi secara mandiri dan leluasa. Mereka dapat berkomunikasi dengan pendidik atau peserta didik lain di luar jam belajar di kelas (Kusairi dalam Husamah, 2014).

Joyful Learning merupakan model pembelajaran yang sudah sering ditawarkan untuk membentuk suasana kelas yang lebih hidup. Selain itu, model ini bertujuan pada pemusatan pembelajaran pada para peserta didik. Peserta didik dapat mengoptimalkan dirinya aktif di dalam kelas, menyampaikan gagasan, dan mengutarakan apa yang telah mereka pelajari. 

Joyful Learning merupakan model pembelajaran yang mengolaborasikan antara konsep dan praktik, menggunakan media pembelajaran yang menarik, dan menekankan unsur inner motivation (motivasi mendalam) sehingga dapat membangkitkan rasa keingintahuan peserta didik (Arafat & Pali, 2021).

Pada model pembelajaran Joyful Learning ini banyak menerapkan media kreatif, salah satunya picture cards (Wahyudi & Marwiyanti, 2017). Ada juga penerapan game based learning yang tentu mengedepankan suasana gembira dalam belajar. Para peserta didik diharapkan dapat beradaptasi kembali dengan pembelajaran tatap muka melalui kolaborasi teknologi dan kreativitas. 

Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pembelajaran tatap muka saat ini menjelma sebagai sebuah kebiasaan baru. Padahal, sejatinya pembelajaran tatap muka adalah model pembelajaran tradisional.

Namun, kehidupan normal baru ini mengharuskan para peserta didik kembali memosisikan diri mereka menerima pembelajaran tatap muka.

Seperti yang diirlis oleh Kemendikbud (2017), kompetensi yang harus dimiliki peserta didik di abad 21 yang disebut dengan 4C, yaitu critical thingking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), creativity (kreativitas), communication skills (kemampuan berkomunikasi), collaboratively (kemampuan berkolaborasi). 

Namun, kemampuan itu juga harus diarahkan kepada para guru di sekolah. Guru sudah seharusnya memiliki kecakapan dalam mengembangkan kecakapan 4C itu. Para konselor pendidikan pun turut dituntut untuk memenuhi kualifikasi kecakapan abad 21 tersebut (Suryawati et al., 2021).

Kreativitas diartikan sebagai kemampuan menciptakan gagasan yang baru atau modifikasi dari gagasan yang sudah ada (Pentury, 2017). Untuk menghasilkan model pembelajaran yang kreatif, seorang guru dapat menciptakan strategi belajar yang tepat terhadap kondisi para peserta didiknya. 

Pembelajaran kreatif akan lebih efektif jika menghasilkan kegiatan produktif. Pembelajaran kreatif produktif memiliki beberapa ciri, yaitu 1) keterlibatan peserta didik secara intelektual dalam pembelajaran; 2) peserta didik didorong untuk membangun konsep yang mereka dapatkan melalui penafsiran teori dari hasil observasi, diskusi, atau percobaan yang mereka lakukan; 3) peserta didik dapat mengungkapkan pemahaman terkait topik pembelajaran dengan cara mereka sendiri (Suryosubroto dalam Pentury, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun