Mohon tunggu...
Izza Afkarina
Izza Afkarina Mohon Tunggu... Bankir - Syukurilah setiap apapun yang kita miliki
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lakukan yang terbaik, sehingga aku tak akan menyalahkan diriku sendiri atas segalanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Epistemologi dalam Perspektif Islam

1 November 2019   05:34 Diperbarui: 25 Juni 2021   02:26 4407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Epistemologi dalam Perspektif Islam (unsplash/inaki de olmo)

Secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata episteme dan logos. Episteme sendiri artinya pengetahuan, sedangkan logos artinya ilmu. Jadi, epistemologi adalah teori atau ilmu tentang pengetahuan. Epistemologi ini juga merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode, dan ilmu pengetahuan. 

Epistemologi ini mempunyai tiga keterkaitan yaitu filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk mencari hakekat dan kebenaran pada pengetahuan, sebagai metode yang bertujuan untuk mengantarkan manusia agar memperoleh pengetahuan, sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk memperoleh realitas pada kenenaran pengetahuan.

Dalam prespektif barat epistemologi dikenal dengan tiga aliran yaitu aliran empirisme yaitu berdasarkan pada alam, yang sesuai dengan penyelidikan ilmiah secara empiris. 

Baca juga : Pembinaan Akhlak untuk Remaja Dalam Pendidikan Agama Islam

Kedua, aliran rasionalisme yaitu aliran ini menganggap aliran empirisme lemah karena alat indera mempunyai kemampuan yang terbatas. 

Ketiga, aliran positivisme menganggap bahwa penginderaan itu harus dipertimbangkan oleh akal, sehingga akan terbentuk suatu pengetahuan. 

Epistemologi dalam prespektif barat tersebut sudah jelas bahwa pengetahuan itu berpusat pada dua hal, yaitu indera dan rasio atau akal. Dalam hal ini sudah menunjukkan bahwa pusat dari epistemologi yaitu dari manusia itu sendiri. 

Tetapi dalam islam, epistemologi tidaklah berpusat pada manusia, melainkan berpusat kepada Allah, dalam artian Allah adalah sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Namun, bukan berarti kedudukan manusia tidak penting, melainkan manusia yaitu sebagai pelaku pencari pengetahuan.

Baca juga : Epistemologi Pemimpin dan Kepimpinan dalam Pemerintahan

Berikut ini adalah tiga model berpikir yang umum dipakai dalam kajian islam, yaitu:

A. Epistemologi Bayani

Epistemologi bayani merupakan pendekatan dengan cara menganalisa teks. Maka, sumber epistemologi ini adalah teks. Sumber teks pada kajian islam yaitu ada dua:

1. Teks nash ( al-quran dan sunnah)

2. Teks non nash yang berupa karya para ulama.

Model berpikir ini sebenarnya sudah lama digunakan oleh para fuqaha', ushulliyin, mutakallimin. Mereka berpendapat bahwa bayani merupakan pendekatan untuk memahami atau menganalisa teks agar mendapatkan atau menemukan makna yang terkandung dalam hal tersebut. Adapun epistemologi bayan dibagi menjadi 4 macam yaitu bayan al-i'tibar, bayan al-i'tiqad, bayan al-ibarah, bayan al-kitab.

B. Epistemologi Burhani

Epistemologi burhani merupakan pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan hukum-hukum logiaka. Artinya, dalam mengetahui benar atau salahnya sesuatu adalah berdasarkan kemampuan alamiah manusia itu yang dilihat dari pengalaman dan akal. Sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas dan empiris yang berkaitan dengan alam dan sosial. 

Baca juga : 3 Aspek Utama Dalam Kajian Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Artinya, pengetahuan ini diperoleh memalui hasil penelitian, percobaan, dan eksperimen. Dalam pengetahuan ini ada dua ilmu yang penting yaitu ilmu al-lisan, dan ilmu al-mantiq. Kelemahan dan kendala dalam pengetahuan ini yang sering terjadi adalah sering tidak sinkronnya antara teks dengan realitas.

C. Epistemologi Irfani

      Merupakan pengetehuan pemahaman yang bertumpu padaa instrumen pengalaman batin dan hati. Pengetahaun irfani tidak dinalar dengan akal saja, namun harus dinalar juga dengan hati. 

       Dalam addanya tiga model berpikir tersebut bukan berarti kita harus memilih diantaranya dan harus dipisah, melainkandalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam kajian islam itu sanagat dianjurkan untuk memadukan ke tiganya. Sehingga pada perpaduan ini akan menghasilkan ilmu-ilmu islam yang konprehensif ( lengkap dan luas), dan kelak dapat menuntaskan masalah-masalah yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun