desain grafis ketika dihadapkan pada kalimat "Cuma ngedit gini kok bayar?". Belum lagi "kita kan temen, kita kan keluarga masa diminta bayar juga"
Salah satu dilema yang juga tak jarang menimbulkan mispersepsi dikalangan masyarakat terutama di komunitasHal ini sebenarnya bukan pertanyaan baru, bagi siapapun yang pernah atau sedang berkecimpung dalam dunia desai grafis akan selalu dihadapkan pada hal itu. Â Berawal dari paradigma masyarakat awam pada umumnya yang beranggapan bahwa mendesain itu adalah suatu pekerjaan yang mudah dan gak butuh banyak tenaga.
Sehingga ketika mereka meminta bantuan desain dari seorang desainer grafis maka tak jarang mereka memintanya tanpa bayaran/upah. Dengan menggunakan dalih dan perkataan "cuma","masa segitu", "itu gampang kok bayar". Berangkat dari hal ini, maka kita perlu menelaah berbagai sudut pandang yang saya dan teman-teman perlu pahami dan renungi bersamaÂ
1. Dari sudut pandang client/orang yang minta didesainkan
Pahamilah bahwanya desain grafis bukan hanya sebatas atau sekedar hobi, namun ia juga bisa bertransformasi dari hobi menjadi profesi. Maka kemudian siapapun yang menjadi seorang desainer grafis profesional, tentu ada perjuangan dan pengorbanan yang dikeluarkannya
Karena sudah lumrah bagi kita yang namanya profesionalisme itu butuh diperjuangkan dan seringkali meminta sedikit banyaknya pengorbanan kita. Bagi seorang desainer grafis, perjuangan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat profesional tentu tidak sedikit.Â
Ada diantara mereka yang perjuangannya diawali dari pagi sampai malam belajar otodidak (mandiri), ada diantara mereka yang berjuang mengerjakan berbagai projek mulai dari kecil sampai besar sebagai bahan latihan mereka. Ada diantara mereka yang pernah gagal, jatuh, kemudian bangun dan bangkit lagi.
Dan bicara soal pengorbanan, ada diantara mereka yang bertahun-tahun telah ikut berbagai pelatihan, workshop desain grafis yang berbayar maupun gratis. Secara tidak langsung mereka juga telah mengorbankan sebagian waktu untuk mengikuti pembelajaran dan pelatihan tersebut
Maka inti yang bisa kita ambil adalah, sebenarnya ketika kita membayar atau memberi mereka upah sejatinya kita memberi nilai pada perjuangan dan pengorbanan yang telah ia habiskan bertahun-tahun untuk mencapai level profesional. Jangan lihat personnya, tapi lihatlah apa yang telah ia lakukan dan kerjakan. Jangan lihat hasilnya, tapi lihatlah proses yang dia perlu hadapi.
Proses yang melibatkan emosi, perasaan, keringat, sakit dan berpayah lelah. Sebagaimana dengan pekerjan-pekerjaan profesional pada umumnya. Maka pahamilah hal ini, jangan kemudian kita dengan enteng mengatakan "tapi gratis ya hehe, kan kita temen", justru karena kita berteman harusnya anda yang paling paham tentang hal ini
Desainer grafis juga manusia sama seperti kita, mereka memiliki pengeluaran rutin tiap hari maupun sebulannya. Yang mana tentu itu digunakan untuk meningkatkan skill dan pelayanan yang ia miliki agar di kemudian hari ketika ada client yang datang order desain lagi, maka hasilnya bisa jauh lebih baik. Tentu hal ini akan menguntungkan kedua belah pihak bukan?
2. Dari sudut pandang Desainer Grafis
Pahamilah personaliti customer mu, pahamilah buyer persona mu, pahamilah target market mu. Setiap client atau customer mu pasti memiliki tipe personaliti dan karakteristik yang berbeda-beda. Tidak bisa kemudian kita menyamaratakan dan memberikan perlakuan yang sama terhadap semuanya.
Diantara mereka ada yang awam banget soal desain grafis, maka berikanlah edukasi dan afirmasi yang baik dan jelas. Diantara mereka juga ada yang ngga awam tapi selalu minta gratis, maka berikanlah edukasi dan pahamkan baik-baik. Ya memang tak jarang juga ada yang bikin naik pitam dan naik darah, sudah dijelaskan baik-baik tetap ngotot minta gratis tanpa bayaran apalagi kalo desainnya desain berat dan gede dengan berbagai alasan dan muslihat
Begitulah tantangn yang harus dihadapi seorang desain grafis, bahkan di pekerjaan manapun akan selalu kita temukan tipe orang seperti itu. Maka peran mental juga dibutuhkan disini, apakah kita akan tetap bsia bersikap profesional ataukuh justru dikuasai oleh hawa nafsu kita.Â
Maka sebagai seorang desainer grafis, kita perlu juga banyak belajar mengenai buyer persona. Setiap perlakuan ada tempatnya, dan setiap tempat ada perlakuannya. Kuncinya konsistenlah mengedukasi customer/client kita, agar mereka bahwa desain grafis itu bukan desain gratis
Sebagai kesimpulan, antara client dan desainer grafis harus sama-sama saling menghargai dan menghormati. Client menghargai dengan memberikan nilai dan bayarannya, desainer grafis menghargai clientnya dengan bekerja secara maksimal, profesional dan sungguh-sungguh. Dan saling menghormati dengan saling menjaga nama baik masing-masing agar kemudian tercipta harmonisasi tanpa mispersepsi yang bisa menghabisi setiap relasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H