Mohon tunggu...
Izhar Mushawwir
Izhar Mushawwir Mohon Tunggu... Desainer - Graphic Designer | Digital Marketer

kadang nulis, kadang ngedesain, kadang ngedit, kadang ngeshare, kadang ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Desain Gratis atau Desain Grafis?

30 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 30 Oktober 2024   12:04 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Dari sudut pandang Desainer Grafis

Pahamilah personaliti customer mu, pahamilah buyer persona mu, pahamilah target market mu. Setiap client atau customer mu pasti memiliki tipe personaliti dan karakteristik yang berbeda-beda. Tidak bisa kemudian kita menyamaratakan dan memberikan perlakuan yang sama terhadap semuanya.

Diantara mereka ada yang awam banget soal desain grafis, maka berikanlah edukasi dan afirmasi yang baik dan jelas. Diantara mereka juga ada yang ngga awam tapi selalu minta gratis, maka berikanlah edukasi dan pahamkan baik-baik. Ya memang tak jarang juga ada yang bikin naik pitam dan naik darah, sudah dijelaskan baik-baik tetap ngotot minta gratis tanpa bayaran apalagi kalo desainnya desain berat dan gede dengan berbagai alasan dan muslihat

Begitulah tantangn yang harus dihadapi seorang desain grafis, bahkan di pekerjaan manapun akan selalu kita temukan tipe orang seperti itu. Maka peran mental juga dibutuhkan disini, apakah kita akan tetap bsia bersikap profesional ataukuh justru dikuasai oleh hawa nafsu kita. 

Maka sebagai seorang desainer grafis, kita perlu juga banyak belajar mengenai buyer persona. Setiap perlakuan ada tempatnya, dan setiap tempat ada perlakuannya. Kuncinya konsistenlah mengedukasi customer/client kita, agar mereka bahwa desain grafis itu bukan desain gratis

Sebagai kesimpulan, antara client dan desainer grafis harus sama-sama saling menghargai dan menghormati. Client menghargai dengan memberikan nilai dan bayarannya, desainer grafis menghargai clientnya dengan bekerja secara maksimal, profesional dan sungguh-sungguh. Dan saling menghormati dengan saling menjaga nama baik masing-masing agar kemudian tercipta harmonisasi tanpa mispersepsi yang bisa menghabisi setiap relasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun